Langsung ke konten utama

WASPADALAH TERHADAP DIRI (NAFSU) ANDA

Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani

DIANTARA perilaku yang harus dilakukan murid adalah melawan kesenangan nafsu, sehingga tidak akan pernah menuruti apa yang menjadi kesenangannya. Para guru sufi telah sepakat, bahwa modal utama seorang murid adalah melawan dan tidak pernah menuruti kesenangan nafsu. Barangsiapa melepaskan kendali nafsunya terhadap apa saja yang menjadi keinginannya maka ia bakal mencelakakannya.


Abu Hafsh rahimahullah berkata: “Barangsiapa tidak memperhatikan nafsunya dalam segala kondisi spiritual, tidak menentang apa yang menjadi kesenangannya dan tidak mau menyeret pada apa yang tidak disenanginya di waktu-waktu yang lain maka ia tidak akan bisa mendapatkan pada kondisi-kondisi spiritual yang lain.”

Abu Bakar ath-Thahsanani berkata: “Penghalang terbesar antara anda dengan Tuhan adalah menuruti nafsu anda.”

Ibnu ‘Athailah berkata: “Barangsiapa mencari ganti dari Allah atas ibadah yang ia lakukan maka ia berhak untuk diusir dan dimurkai.”

Ibnu Syaiban berkata: “Setiap kali seorang hamba makan karena kesenangan nafsunya mesti ia akan terhalang untuk menyaksikan Tuhannya.” Kemudian ia mengisahkan tentang dirinya: “Selama dua puluh tahun aku ingin makan adas (jenis tumbuh-tubuhan) tapi tidak pernah aku turuti. Kemudian suatu ketika aku sempat memakannya, dan keluar rumah, lalu aku ditangkap oleh aparat pemerintah. Mereka mengatakan pada diriku, “Ini orang yang memecahkan guci khamar bersama sekelompok penguasa kemarin.” Mereka memukuliku dengan seratus batang kayu. Ketepatan pada saat itu Guruku Abu Utsman al-Maghribi lewat melihatku seperti itu sembari bertanya, “Apa yang kamu lakukan sampai kejadian ini menimpa atas dirimu?” Lalu aku menjawabnya, “Aku makan karena menuruti selera nafsuku!” Kemudian sang guru memerintahkan mereka untuk melepasku. Akhirnya mereka melepasku, dan sang guru berkata kepadaku, “Kamu —insya Allah— akan selamat dengan cuma-cuma.””

Sari as-Saqathi —rahimahullah— mengisahkan dirinya: Lebih dari empat puluh tahun diri (nafsu) ku menuntut agar aku bisa meneguk sirup, tapi aku tidak menurutinya. Ia juga berkata: “Barangsiapa secara jujur meninggalkan kesenangan nafsunya, maka Allah akan mencukupinya saat kematiannya.”

Allah Swt. memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s., “Wahai Dawud, berhati-hatilah dan peringatkan kaummu agar tidak makan dengan menuruti kesenangan nafsu. Sebab hati yang akalnya selalu bergantung pada kesenangan duniawi akan terhalang dari-Ku.” Dalam satu riwayat disebutkan, “Wahai Dawud, sesungguhnya sesuatu yang paling ringan Aku ciptakan untuk hamba-Ku ketika ia mengutamakan kesenangan nafsunya daripada taat kepada-Ku adalah Aku hilangkan kenikmatan bermunajat dengan-Ku.”

Ibrahim al-Khawwash —rahimahullah— berkata: “Termasuk kategori mengikuti kesenangan nafsu adalah beribadah kepada Tuhannya untuk mencari pahala atau karena takut siksa. Maka dengan berlalunya waktu, orang yang punya tujuan mi hanya akan semakin mundur.”

Dalam Kitab-kitab Samawi disebutkan: Allah Swt. berfirman, “Orang yang berbuat zalim adalah orang yang benibadah kepadaKu karena punya harapan surga atau karena takut neraka. Andaikan Aku tidak menciptakan neraka dan surga, lalu apakah Aku ini tidak patut untuk ditaati?”

Dan diantara kegiatan yang dianggap mengikuti kesenangan nafsu adalah mengutamakan tidur daripada bangun malam untuk beribadah kepada Tuhan, seperti di malam saat musim kemarau tiba (karena sangat dingin). Hal itu menunjukkan tidak adanya rasa cinta kepada Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa tidak mencintai Allah berarti ia menjadi musuh Allah. Sebab Allah Swt. telah memberi wahyu kepada Dawud a.s., “Wahai Dawud, benar-benar bohong orang yang mengaku mencintai-Ku, sementara ketika malam tiba kedua matanya telah tidur.” Maka Allah telah memberikan argumentasi, bahwa orang yang tidur bukan karena tidak mampu menahan rasa kantuk adalah orang yang bohong dalam cintanya kepada Allah.

*Sumber SufiNews

Komentar

Popular Posts

Tangisan Rasulullah SAW Ingat Umatnya di Akhir Zaman

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ketika itu baginda Rasullah  sedang berkumpul duduk bersama sahabat-sahabatnya, diantara para sahabat ada Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan lainnya. Lalu kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, “Wahai sahabatku! Tahukah kalian siapakah hamba Allah yang paling mulia disisi Allah?” Para sahabat pun terdiam. Lalu ada salah seorang sahabat berkata, “Para malaikat ya Rasulullah!” Kemudian Nabi bekata, “Ya, para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah mereka senantiasa bertasbih, berzikir, beribadah kepada Allah, tentulah mereka mulia. Namun bukan itu yang Aku maksud.”  Lalu para sahabat kembali terdiam. Kemudian salah seorang sahabat kembali menjawab, “Ya Rasulullah, tentulah para Nabi, mereka itu yang paling mulia.” Nabi Muhammad tersenyum, Baginda Nabi berkata, “Ya, para nabi itu mulia, mereka itu adalah utusan Allah di muka bumi ini, mana mungkin mereka tidak mulia, tentulah mereka mulia, akan tetapi ada lagi ya

Pengertian Dekat Kepada Allah

Kita sudah maklum bahwa Allah s.w.t. adalah dekat dengan kita. Tetapi hamba-hamba Allah yang shaleh merasakan bahwa mereka dekat dengan Allah SWT. Bagaimana pengertian hal keadaan ini, tentu saja kita ingin mempelajarinya. Maka dalam hal ini yang mulia Maulana Ibnu Athaillah Askandary telah mengungkapkannya dalam Kalam Hikmah beliau sebagai berikut: "Dekat anda kepada-Nya ialah bahwa anda melihat dekatNya. Jika tidak (demikian), maka di manakah anda dan di manakah wujud dekat-Nya? Kalam Hikmah ini sepintas lalu agak sulit difahami dan dimengerti, karena itu marilah kita jelaskan sebagai berikut: A. Pengertian "dekat Allah SWT dengan kita" ialah dekat pada ilmu, pada kekuasaan (qudrat) dan pada kehendak (iradah). DekatNya Allah dengan kita pada 'Ilmu', artinya segala sesuatu apa pun yang terdapat pada kita dan yang terjadi pada kita, lahir dan bathin, semuanya diketahui oleh Allah SWT dengan IlmuNya sejak azali, artinya sejak alam mayapada ini be

RAHASIA DIBALIK USIA 40 (Menyingkap Rahasia Nubuwwah Rasulullah SAW)

Rahasia umur Muhammad saat nubuwah, mulai tersingkap sedikit demi sedikit. Mengapa Nabi Muhammad SAW. mengemban misi kenabian saat beliau berusia 40 tahun? Dan bukannya usia 30 atau 35, puncak kehebatan [fisik] manusia? Mengapa harus 40 tahun? saat fisik sudah berada di jalur turun, ibarat naik roll coster, 0-39 th adalah ketika kereta merambat naik, lalu di usia 40 lah si kereta roll coster mencapai puncak rel dan kemudian meroket turun.