Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Al-Hikam: Adab Dalam Berdoa

Syeikh Ibnu 'Athaillah As-Sakandary : "Janganlah pencarianmu (doa-doamu) sebagai sebab untuk diberi sesuatu dari Allah Swt, maka pemahamanmu kepadaNya menjadi sempit. Hendaknya pencarianmu (doa-doamu) semata untuk menampakkan wujud kehambaan dan menegakkan Hak-hak KetuhananNya." Pencarian merupakan arah yang menjadi sebab terwujudnya kehendak yang harus ada. Pencarian, usaha, doa, ikhtiar merupakan rangkaian sebab-sebab menuju apa yang ingin diraih. Termasuk disini adalah berdo’a Umumnya orang berdoa agar terwujud apa yang diinginkan. Berikhtiar agar tercapai apa yang dicita-citakan. Padahal dimaksud Allah Swt memerintahkan kita berdoa dan berupaya, semata-mata agar eksistensi kehambaan kita yang fakir, serba hina, serba tak berdaya dan lemah muncul terus menerus di hadapanNya. Bukan, agar kita bisa mewujudkan apa yang kita kehendaki, karena hal demikian bisa memaksa Allah Swt menuruti kehendak kita. Pemahaman yang sempit tentang Allah Swt, akan terus mene

Pengertian Dekat Kepada Allah

Kita sudah maklum bahwa Allah s.w.t. adalah dekat dengan kita. Tetapi hamba-hamba Allah yang shaleh merasakan bahwa mereka dekat dengan Allah SWT. Bagaimana pengertian hal keadaan ini, tentu saja kita ingin mempelajarinya. Maka dalam hal ini yang mulia Maulana Ibnu Athaillah Askandary telah mengungkapkannya dalam Kalam Hikmah beliau sebagai berikut: "Dekat anda kepada-Nya ialah bahwa anda melihat dekatNya. Jika tidak (demikian), maka di manakah anda dan di manakah wujud dekat-Nya? Kalam Hikmah ini sepintas lalu agak sulit difahami dan dimengerti, karena itu marilah kita jelaskan sebagai berikut: A. Pengertian "dekat Allah SWT dengan kita" ialah dekat pada ilmu, pada kekuasaan (qudrat) dan pada kehendak (iradah). DekatNya Allah dengan kita pada 'Ilmu', artinya segala sesuatu apa pun yang terdapat pada kita dan yang terjadi pada kita, lahir dan bathin, semuanya diketahui oleh Allah SWT dengan IlmuNya sejak azali, artinya sejak alam mayapada ini be

Fatamorgana

“Tak  satupun wujud yang bisa menutupi Allah, karena sesungguhnya tidak satu pun yang menyertai-Nya. Bahwa sesungguhnya anda tertutup dari Allah disebabkan oleh  imajinasi (seakan-akan) ada wujud yang menyertai-Nya.” Adanya imajinasi wujud selain Allah membuat anda lebih sibuk dengan wujud semu itu, berupa dunia seisinya dengan segala masalahnya, secara tidak langsung maupun langsung, anda telah terjebak seakan-akan wujud semu itu yang mengancam dan memberi manfaat bagi kehidupan anda,  sehingga anda pun terhijab dari Allah azza wa-Jalla. Padahal wujud itu hakikatnya tidak ada, yang berhak punya sifat Wujud hanyalah Allah swt. Dalam kitab Lathaiful Minan, karya lain Ibnu Athaillah digambarkan, “ketika melihat wujud semesta ini, anda melihat adanya bayangan dengan mata kepala. Padahal bayangan itu sesungguhnya tidak ada jika ditinjau dari struktur wujud itu sendiri, tetapi juga tidak bisa disebut tidak ada, jika dilihat dari struktur ketiadaan. Dengan demikian bayangan sem

Hakikat Basmallah (Bag 2)

Menurut Ibnu Araby dalam Kitab Tafsir Tasawufnya, "Tafsirul Qur'anil Karim" menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma Allah, berarti Asma-asma Allah Ta’ala diproyeksikan yang menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat Allah Ta'ala. Sedangkan wujud Asma itu sendiri menunjukkan arah-Nya, sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya. Allah itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri. Bukan dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian "Tidak membuat penyifatan". "Ar- Rahman" adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan keparipurnaan secara universal. menurut relevansi hikmah.dan relevan dengan penerimaan di permulaan pertama. "Ar-Rahiim" adalah yang melimpah bagi keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya. Karena itu sering. disebut

Hakikat Basmallah (Bag 1)

Dalam suatu hadits Nabi saw. Beliau bersabda, Setiap kandungan dalam seluruh kitab-kitab Allah diturunkan, semuanya ada di dalam Al-Qur'an. Dan seluruh kandungan Al-Qur'an ada di datam Al-Fatihah. Dan semua yang  ada dalam Al-Fatihah ada di dalam Bismillahirrahmaanirrahiim. Bahkan disebutkan dalam hadits lain,"setiap kandungan yang ada dalam Bismillahirrahmaanirrahiim ada di dalam huruf Baa', dan setiap yang terkandung di dalam Baa’ ada di dalam titik yang berada dibawah Baa'". Sebagian para Arifin menegaskan, "Dalam perspektif orang yang ma'rifat kepada Allah, Bismillaahirrahmaanirrahim itu kedudukannya sama dengan "kun" dari Allah. Perlu diketahui bahwa pembahasan mengenai Bismillahirrahmaanirrahiim banyak ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahwu dan sharaf) ataupun segi bahasa (etimologis), disamping tinjuan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-h

TAWADHU’ (RENDAH HATI)

Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati,  tidak sombong. Pengertian yang lain adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’  adalah orang  menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah diraihnya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat hanya kepada Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah (ingin diketahui) orang lain amal kebaikan kita. Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu. Rasulullah SAW bersabda: “Tiada berkurang harta karena sedekah, dan A

SEJARAH KITAB NAHJUL BALAGHAH

Nahjul Balaghah merupakan kitab yang berisi kompilasi khotbah, s urat, dan ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as yang penuh makna dan hikmah, yang dikumpulkan oleh Sayyid Radhi.Khotbah-khotbah Imam Ali as dinilai dan dihormati sedemikian tingginya di dunia Islam, sehingga hanya dalam waktu seabad setelah wafatnya, khotbah-khotbah itu telah diajarkan dan dibacakan sebagai kata terakhir di da­lam Filsafat Tauhid, sebagai ceramah-ceramah bagi pembangunan watak, sebagai sumber inspirasi yang luhur, sebagai khotbah-khotbah meyakinkan ke arah takwa, sebagai mercu penunjuk ke arah kebenaran dan keadilan, sebagai karya pujian yang menakjubkan tentang Nabi Muhammad (saw) dan Al-Quran al-Karim, sebagai pembicaraan yang meyakinkan tentang nilai-nilai spiritual Islam, sebagai diskusi-diskusi yang menakjubkan tentang sifat-sifat Tuhan, sebagai karya utama kesusastraan, dan sebagai model seni retorika dan keterampilan berbahasa. ABAD PERTAMA Menurut kitab biografi yang termasyhur, Ri

PESAN IMAM ALI RA. : Akhlak Yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin

Jangan sekali-kali merasa bangga akan dirimu sendiri atau merasa yakin akan apa saja yang kau banggakan tentang dirimu. Jangan jadikan dirimu sebagai penggemar puji-pujian yang berlebihan. Yang demikian itu merupakan kesempatan terbaik bagi setan untuk menghancur-luluhkan hasil kebajikan orang-orang yang berbuat baik. Jangan mengungkit-ungkit kebaikan yang kau lakukan untuk rakyatmu atau membesar-besarkan jasa yang pernah kau perbuat, atau menjanjikan sesuatu kepada mereka lalu kau tidak memenuhinya. Perbuatan mengungkit-ungkit suatu kebajikan, memusnahkan pahalanya. Membesar-besarkan kebaikan diri, menghilangkan sinar kebenarannya. Dan menyalahi janji, menghasilkan kebencian di sisi Allah dan di sisi manusia. Allah berfirman : "Sunggguh besar kemurkaan Allah dalam hal kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan". (QS 61 : 3). Jangan tergesa-gesa mengerjakan sesuatu sebelum waktunya, atau melalaikan di saat kau mampu melakukannya. Jangan pula memaksakan diri ket

AL-FATIHAH AYAT 6-7

Jalan Yang Lurus Itu...... اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ۞ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين "Tunjukkanlah kami kejalan yang lurus. Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat". Maksudnya tetapkanlah kami ke jalan hidayah, dan tempatkanlah kami dalam istiqamah dijalan kesatuan (wahdah). Jalan istiqamah di dalam kesatuan (wahdah) adalah jalan orang-orang yang dilimpahi nikmat dan karunia Allah melalui kenikmatan tertentu yang sangat khusus, yaitu nikmat rahimiyyah (nikmat Allah di akhirat) atau nikmat kasih sayang, yaitu nikmat ma'rifat dari nikmat mahabbah. Sedangkan keteguhan hidayah itu adalah hidayah hakiki dan bersifat substantif yang diberikan pada para nabi dan syuhada, shiddiqin dan auliya, yaitu mereka yang menyaksikan-Nya pada Yang Maha Awal dari MahaAkhir, Dhahir dan Bathin, di mana mereka telah sirna dalam penyaksiannya dengan munculnya Wajah Yang Abadi dari segala wujud

AL-FATIHAH AYAT 4-5

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ۞ "Hanya kepada-Mu kami menyembah" "Dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan" Ayat pertama merupakan ayat “pertemuan antara Allah dengan hamba-Nya”. Jika pada ayat-ayat sebelumnya Allah SWT. berbicara tentang dirinya sendiri, maka pada ayat inilah terjadi suatu sinergi ubudiyah hamba Allah kepada-Nya. Tetapi menurut Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Jawahirul Qur'an, seluruh kandungan Al-Fatihah ini, masuk kategori ayat-ayat Jawahir. Ayat-ayat Jawahir adalah ayat-ayat Mutiara, di mana muatannya mengandung nilai-nilai Uluhiyah yang sangat tinggi. Sementara ayat-ayat Durar atau ayat-ayat permata, lebih merupakan ayat yang berkait dengan makhluk Allah SWT. "Iyyaaka Na‘budu" dalam perspektif sufistik merupakan bentuk ubudiyah hamba Allah dalam situasi "Al-Fana". Situasi di mana hamba Allah lebur dalam nuansa, seakan-akan dirinya hangus dalam Ilahi, tiada daya, tiada upaya,

AL-FATIHAH AYAT 1-3

۞ بِسْــمِـ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِــيْمِـ ۞ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ۞ الرَّحمنِ الرَّحِيم ۞ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam" "Yang Maha Pengasih Lagi Maha Pemurah" "Yang menjadi Raja di hari agama" "Alhamd" (Puji) baik secara aktual maupun verbal adalah bentuk dari manifestasi keparipurnaan dan suksesnya suatu tujuan, dari segala yang ada. Sebab Hamdalah itu merupakan bentuk dari pujian pembuka, sekaligus merupakan pujian indah bagi yang berhak mendapatkannya.

MEMBICARAKAN IHWAL ORANG LAIN (GHIBAH)

Apakah ghibah itu? Rasulullah SAW bersabda : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ. “Tahukan kalian apa itu ghibah?”, mereka menjawab : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu

MENCAMPURI URUSAN ORANG LAIN & BURUK SANGKA

Sayidina Ali KWH Aku telah mencari kenyamanan untuk diriku, maka aku tidak mendapatkan sesuatu yang lebih nyaman daripada meninggalkan apa yang bukan urusanku. Kerendahan seseorang diketahui dengan banyaknya pembicaraannya dalam hal yang bukan menjadi urusannya, dan pemberitaannya akan hal-hal yang tidak ditanyakan kepadanya. Barangsiapa yang membebani diri pada hal yang bukan urusannya (kepentingannya), niscaya akan terlewat darinya apa yang menjadi urusannya.

PARAMETER IKHLAS

Alkisah, ada seorang ustadz. Ia tidak mempunyai pekerjaan tetap. Beberapa orang kaya memanggilnya untuk mengajarkan Al-Quran kepada anak-anaknya. Pada waktu yang ditentukan ia datang ke rumah murid-muridnya dengan teratur. Ketika ia mempunyai uang, ia datang dengan kendaraan umum. Ketika tidak ada ongkos, ia berjalan kaki. Setelah habis satu bulan, dengan penuh harap ia menunggu honorariumnya. Orang kaya yang pertama berkata, "Pak Ustadz, saya yakin Bapak orang yang ikhlas. Bapak hanya mengharap ridha Allah.

WASPADALAH TERHADAP DIRI (NAFSU) ANDA

Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani DIANTARA perilaku yang harus dilakukan murid adalah melawan kesenangan nafsu, sehingga tidak akan pernah menuruti apa yang menjadi kesenangannya. Para guru sufi telah sepakat, bahwa modal utama seorang murid adalah melawan dan tidak pernah menuruti kesenangan nafsu. Barangsiapa melepaskan kendali nafsunya terhadap apa saja yang menjadi keinginannya maka ia bakal mencelakakannya.

MEWASPADAI NAFSU DI BALIK TAAT

“Kalau bukan karena indahnya tutupnya Allah Swt, maka tak satu pun amal diterima.”Kenapa demikian? Sebab nafsu manusia senantiasa kontra dengan kebajikan, oleh sebab itu jika mempekerjakan nafsu, haruslah dikekang dari sifat atau karakter aslinya. Dalam firmanNya: “Siapa yang yang menjaga nafsunya, maka mereka itulah orang-orang yang menang dan bahagia.”(Al-Hasyr 9) Nafsu, ketika masuk dalam kinerja amaliah, sedangkan nafsu itu dasarnya adalah cacat, maka yang terproduksi nafsu dalam beramal senantiasa cacat pula. Kalau toh dinilai sempurna, nafsu masih terus

METHODE PENJERNIHAN QOLBU

Alam semesta seisinya ini tidak ada artinya apa-apa dibanding dengan Allah. Berarti tidak ada sesuatu pun yang mampu menampung adanya Allah. Segalanya tidak bisa menjadi tempat semayamnya Allah, kecuali hati hamba-Nya yang beriman. Maka disanalah Allah bersinggasana.Hati orang yang beriman adalah Rumah Allah. Dan karena itu hati merupakan amanah Ilahi untuk kita jaga jangan sampai terkena kotoran dunia. Oleh sebab itu hati harus kita jaga, dirawat, dirias biar menjadi elok. Hati kita adalah ruang dimana pertemuan dialogis (munajad) antara hamba dan Rabb berlangsung.