Langsung ke konten utama

MA'RIFATULLAH (Bagian 3)

 Antara Solat & Ru’yatullah

Hubungan antara Solat dan Ru’yatullah ini tampak sangat jelas jika kita merenungkan firman Allah :

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ۞ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۞ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ ۞ تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ ۞ كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ ۞ وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ ۞ وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ ۞ وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ ۞ إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ ۞ فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّى ۞ وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى ۞


Artinya :

"Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. ۞ Kepada Tuhannyalah mereka melihat. ۞ Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, ۞ mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.۞ Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, ۞ dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”,۞ dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), ۞ dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), ۞ kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. ۞ Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Qur’an) dan tidak mau mengerjakan shalat, ۞ tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (QS. Al-Qiyâmah: 22-32).

Di sini Allah mengabarkan bahwa orang-orang mukmin kelak akan melihat Rabb, merekalah orang-orang yang akan bercahaya dan berseri-seri wajahnya. Kemudian Allah menyebutkan satu golongan manusia yang akan berwajah suram lagi kelam, di mana meninggalkan Solat adalah salah satu dari sekian amalan buruk mereka sebagaimana yang termaktub dalam ayat diatas. Kesimpulannya, adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikh Prof. DR. ‘Abdurrazzaq al-Badr:

فدل على أن أهل القسم الأول أهل النضرة والنظر إلى الله هم أهل الصلاة

“Maka hal tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang bercahaya wajahnya, cerah dan berseri-seri (dalam ayat tersebut) adalah orang-orang yang senantiasa mengerjakan Solat (dengan sebenar-benarnya-pent).”

Sementara dari as-Sunnah, keterkaitan antara Solat dan Ru’yatullah ini tersirat jelas dari sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Jarir bin ‘Abdillâh t berikut ini:

أَمَا إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تُضَامُّونَ فِى رُؤْيَتِهِ فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا ». يَعْنِى الْعَصْرَ وَالْفَجْرَ ثُمَّ قَرَأَ جَرِيرٌ (وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا)

“Ketahuilah bahwa kelak kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan (malam) ini di mana kalian tidak perlu berdesak-desakan dalam melihat-Nya (sebagaimana kalian tidak perlu berdesak-desakan melihat bulan-pent). Maka (dari itu), jika kalian mampu untuk tidak ketinggalan Solat sebelum terbit dan sebelum terbenamnya matahari, maka lakukanlah.” Yang dimaksud adalah Solat Subuh dan Solat Ashar, kemudian Jarir (berdalil) membaca ayat yang artinya; ‘Dan bertasbih serta bertahmid-lah pada Rabb-mu sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya (QS. Thaha: 130).’”  (Shahîh Muslim: 633).

Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah (wafat: 795-H) ketika menjelaskan hadits tersebut, beliau mengatakan:

“وقد قيل في مناسبة الأمر بالمحافظة على هاتين الصلاتين عقيب ذكر الرؤية: أن أعلى ما في الجنة رؤية الله عز وجل، وأشرف ما في الدنيا من الأعمال هاتان الصلاتان، فالمحافظة عليهما يرجى بها دخول الجنة ورؤية الله عز وجل فيها” (فتح الباري: 4/323)

“Telah disebutkan perihal (simpul hikmah di balik) keterkaitan antara penyebutan tentang penjagaan kedua Solat ini setelah penyebutan Ru’yatullah; bahwasanya sesuatu yang paling tinggi dan mulia di surga adalah Ru’yatullâh, sementara (di antara) amalan yang paling mulia di dunia adalah kedua Solat ini, maka penjagaan atas keduanya diharapkan bisa mengantarkan ke dalam surga lalu melihat Allah di dalamnya.” (Fathul Bari Libni Rajab: 4/323).

Penyebutan kedua Solat ini secara khusus, menunjukkan betapa agung dan betapa besar keutamaan keduanya. Karena realita menunjukkan, bahwa kedua Solat ini adalah Solat yang paling berat untuk ditunaikan secara sempurna. Ada banyak kesibukan duniawi yang rentan menghalangi kita untuk mengerjakan kedua Solat ini tepat pada waktunya secara berjama’ah di masjid. Hanya orang-orang yang berhati khusyu’ dan senantiasa rindu serta butuh untuk selalu mengerjakan Solat-lah yang mampu menjaga kedua Solat ini dengan segenap adab dan sunnahnya. Jika kedua Solat ini sudah terjaga dengan baik, niscaya Solat yang lain akan lebih mudah lagi untuk terjaga.

Demikianlah keterkaitan agung antara Solat dan Ru’yatullah. Kesimpulannya, Solat adalah media terbesar bagi seorang hamba untuk meraih kelezatan melihat Allâh kelak di surga. Dan sebelum kelezatan akbar tersebut, para pecinta Solat, akan lebih dulu merasakan kenikmatan “melihat” Allâh dalam Solat mereka semasa di dunia. Inilah yang dirasakan oleh Rasulullah SAW, sehingga mendorong beliau untuk memohon kelezatan Ru’yatullah yang hakiki di surga kelak. Di penghujung Solatnya sebelum salam Beliau SAW memanjatkan do’a:

وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ

“…Dan aku memohon pada-Mu kelezatan memandang Wajah-Mu, dan kerinduan akan pertemuan dengan-Mu…” (HR. an-Nasa’i, Misykatul Mashabih: 2497, Shahih).

*by. Saputra Halim, Sumber Bacaan: “ash-Shilah baina ash-Sholat wa Ru’yatillah”, Syaikh Prof. DR. Abdurrazzaq al-Badr.

Komentar

Popular Posts

Tangisan Rasulullah SAW Ingat Umatnya di Akhir Zaman

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ketika itu baginda Rasullah  sedang berkumpul duduk bersama sahabat-sahabatnya, diantara para sahabat ada Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan lainnya. Lalu kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, “Wahai sahabatku! Tahukah kalian siapakah hamba Allah yang paling mulia disisi Allah?” Para sahabat pun terdiam. Lalu ada salah seorang sahabat berkata, “Para malaikat ya Rasulullah!” Kemudian Nabi bekata, “Ya, para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah mereka senantiasa bertasbih, berzikir, beribadah kepada Allah, tentulah mereka mulia. Namun bukan itu yang Aku maksud.”  Lalu para sahabat kembali terdiam. Kemudian salah seorang sahabat kembali menjawab, “Ya Rasulullah, tentulah para Nabi, mereka itu yang paling mulia.” Nabi Muhammad tersenyum, Baginda Nabi berkata, “Ya, para nabi itu mulia, mereka itu adalah utusan Allah di muka bumi ini, mana mungkin mereka tidak mulia, tentulah mereka mulia, akan tetapi ada lagi ya

Pengertian Dekat Kepada Allah

Kita sudah maklum bahwa Allah s.w.t. adalah dekat dengan kita. Tetapi hamba-hamba Allah yang shaleh merasakan bahwa mereka dekat dengan Allah SWT. Bagaimana pengertian hal keadaan ini, tentu saja kita ingin mempelajarinya. Maka dalam hal ini yang mulia Maulana Ibnu Athaillah Askandary telah mengungkapkannya dalam Kalam Hikmah beliau sebagai berikut: "Dekat anda kepada-Nya ialah bahwa anda melihat dekatNya. Jika tidak (demikian), maka di manakah anda dan di manakah wujud dekat-Nya? Kalam Hikmah ini sepintas lalu agak sulit difahami dan dimengerti, karena itu marilah kita jelaskan sebagai berikut: A. Pengertian "dekat Allah SWT dengan kita" ialah dekat pada ilmu, pada kekuasaan (qudrat) dan pada kehendak (iradah). DekatNya Allah dengan kita pada 'Ilmu', artinya segala sesuatu apa pun yang terdapat pada kita dan yang terjadi pada kita, lahir dan bathin, semuanya diketahui oleh Allah SWT dengan IlmuNya sejak azali, artinya sejak alam mayapada ini be

RAHASIA DIBALIK USIA 40 (Menyingkap Rahasia Nubuwwah Rasulullah SAW)

Rahasia umur Muhammad saat nubuwah, mulai tersingkap sedikit demi sedikit. Mengapa Nabi Muhammad SAW. mengemban misi kenabian saat beliau berusia 40 tahun? Dan bukannya usia 30 atau 35, puncak kehebatan [fisik] manusia? Mengapa harus 40 tahun? saat fisik sudah berada di jalur turun, ibarat naik roll coster, 0-39 th adalah ketika kereta merambat naik, lalu di usia 40 lah si kereta roll coster mencapai puncak rel dan kemudian meroket turun.