Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Cerita Nabi Sulaiman AS, Semut dan Cacing

Pada suatu hari nabi Sulaiman a.s. duduk dipinggir danau. kemudian, ia melihat seekor semut membawa sebiji gandum. Nabi Sulaiman a.s. terus memperhatikan semut itu yang tengah menuju ke tepi danau. Tiba-tiba ada seekor katak yang keluar dari dalam air seraya membuka mulutnya. Semut itu kemudian masuk kedalam mulut katak. Kemudian, katak itu pun menyelam ke dasar danau dalam waktu yang cukup lama. Sementara nabi Sulaiman a.s. memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi, katak tersebut keluar dari dalam air membuka mulutnya. lalu semut itu keluar, sementara sebiji gandum yang dibawanya sudah tidak ada lagi bersamanya. Nabi Sulaiman a.s. memanggil semut itu dan menanyakan kepadanya tentang apa yang baru saja dilakukannya, "wahai semut, apa yang kamu lakukan selama berada di mulut katak?" "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya didalam danau ini terdapat sebuah batu yang cekung berongga, dan didalam cekungan batu itu terdapat seekor cacing yang buta". Jawab

Kisah Syam'un Al-Ghazi dan Lailatul Qadr

Kisah tentang 1000 bulan, berawal dari seorang Nabiyullah yang bernama Nabi Syam’un al-Ghazi as. Nabi dari kalangan Bani Israil. Beliau adalah hakim ketiga terakhir pada zaman Israel kuno. Nabi Syam’un al-Ghazi As, memiliki beberapa nama, dalam bahasa Arab, beliau disebut dengan Syamsyawn atau Syam'un.  Dalam bahasa Ibrani, disebut Šimšon, dalam bahasa Tiberias, disebut Šhimšhôn; dalam Alkitab Nasrani, disebut Samson.  Nama Syam’un sendiri artinya:  "Yang berasal dari matahari”,  Sedangkan Al-Ghozi, artinya:  “Yang berasal dari Ghazi”  (Ghaza, Palestina sekarang). Suatu ketika Nabi Muhammad saw, Berkumpul bersama para sahabat dibulan Suci Ramadhan.  Nabi Muhammad SAW, terlihat tersenyum sendiri, lalu ditanya oleh para sahabatnya:  “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah”. Rosululloh menjawab:  Diperlihatkan kepadaku dihari akhir, ketika seluruh manusia dikumpulkan dipadang mah’syar, ada seorang Nabi yang membawa pedang dan tidak

Kerinduan Bilal bin Rabbah pada Rasulullah SAW

Laki-laki berkulit hitam itu bernama Bilal Bin Rabbah yang begitu sangat mencintai baginda Rasulullah SAW Suatu ketika Rasulullah SAW yang telah wafat membuat bilal bin rabbah tak sanggup lagi mengumandangkan adzan. Bilal bin Rabbah kemudian meminta izin kepada Abu Bakar Siddiq Ra. : “Wahai khalifah, wahai khalifah izinkan aku untuk tidak lagi mengumandangkan adzan.” Lalu Abu Bakar pun berkata kepada Bilal; “Tidak bisa wahai bilal, aku tidak mungkin menurunkan seseorang yang sudah ditinggikan oleh rasulullah Saw.” Bilal kemudian berucap lagi; “Izinkan aku untuk tidak lagi mengumandangkan adzan wahai Abu Bakar?” Abu Bakar pun berkata; “Apa alasanmu wahai Bilal?” Maka Bilal pun meletakkan pandangannya ke arah menara dan ke arah makam Rasulullah Saw. Melihat ke arah menara lagi, dan bilal pun berkata kepada Abu Bakar; “Abu Bakar, setiap hari ketika masuk waktu shalat, aku datang ke rumah rasulullah dan aku katakan kepada rasulullah ‘Ya Rasululah waktu shala

Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Tholib (Cucu Rasulullah SAW)

Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Tholib, putra pertama Sayyidina Ali, hampir setiap hari di bulan Ramadhan, menghidangkan makanan bagi orang miskin untuk berbuka. Beliau melayani dan mengatur makanan yang diberikan kepada para tamunya, untuk segenap orang miskin yang berada di Madinah kala itu.  Sebegitu populernya acara tersebut sampai hampir seluruh masyarakat yang ada tahu bahwa bila ingin berbuka dan menikmati makanan yang nikmat mereka boleh ke tempat Hasan bin Ali.  Semakin hari semakin banyak orang yg datang, dan walaupun demikian makanan yang disiapkan senantiasa mencukupi untuk semua tamu. Di antara para tamu tersebut, ada satu orang yang pada hari itu membawa pulang makanannya tanpa menyentuhnya. Ia hanya membatalkan dengan sebuah kurma dan 3 teguk air. Dan ini tak luput dari pandangan Sayyyidina Hasan, lalu Beliau tergelitik untuk bertanya : "Saudaraku tercinta, tidak seperti yang lain, engkau tidak memakan makananmu, apakah ada keluargamu yang seda

Wanita yang Kehilangan Nikmatnya Setelah Menikah

Ada seorang wanita bertanya kepada seorang syaikh : “Wahai Syaikh, sebelum saya menikah, ketika saya masih seorang gadis yang sering berpuasa dan sholat malam. Saya bisa merasakan betapa luar biasanya nikmat al-Qur’an. Namun sekarang, saya merasa nikmatnya ketaatan telah hilang dariku. Syaikh : "Baiklah, apa yang paling kau perhatikan dari suamimu?" Sang Wanita : Wahai Syaikh, saya bertanya kepada Anda tentang al-Qur’an, puasa, sholat dan nikmatnya ketaatan. Namun anda malah bertanya kepadaku tentang suamiku? Syaikh : Iya wahai saudari. Kenapa ada sejumlah wanita yang tidak bisa lagi merasakan manisnya keimanan dan lezatnya ketaatan serta nikmatnya ibadah? Nabi ﷺ bersabda :  ولا تَجدُ المرأة حلاوة الإيمان حتَّى تؤدِّي حقَّ زوجها “Seorang wanita tidak akan merasakan manisnya keimanan sampai ia memenuhi hak suaminya” (Shahih at-Targhîb : 1939). Apa saja hak-hak suami yang harus ditunaikannya? (Lihatlah) Isteri Sa’id bin al-Musayyib semoga Allah merahma