Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Makrifat Hati Terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Apabila hati sudah dalam keadaan bersih, maka hati akan memancarkan cahayanya. Cahaya ini dinamakan Nur Qalbu. Nur Qalbu ini akan menerangi akal sehingga akal dapat berfikir jernih dan merenung tentang hal-hal keTuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri.  Perenungan yang dilakukan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya sendiri. Kesadaran ini membuatnya merasakan dengan jelas betapa dekatnya Allah SWT dengannya. Tumbuhlah didalam hati Nuraninya perasaan bahwa Allah SWT senantiasa mengawasinya. Allah SWT melihat segala aktifitasnya, mendengarkan segala ucapannya dan mengetahui bisikan hatinya. Sehingga menjadikannya seorang Mukmin yang cermat dan selalu waspada. Seorang Mukmin yang taat kepada Allah SWT tekun dalan menjalankan ibadah, sehingga akan meningkatkan kekuatan ruhaninya. Dia juga akan menyerahkan segala urusan kehidupannya hanya kepada Allah SWT. Dia tidak lagi khawatir terhadap sesuatu yang akan me

Kasih Sayang Rasulullah SAW Kepada Ummatnya

Sangat menggugah hati kisah yang dilukiskan Maulana Jalaluddin Rumi dalam karyanya "Al-Matsnawi" ketika menggambarkan betapa kehadiran Rasulullah SAW. sebagai rahmat bagi umat diakhir zaman.  Sebuah kisah menarik tentang serombongan musafir yang mengunjungi kediaman Rasulullah SAW. Rombongan itu dijamu oleh Rasulullah SAW. dengan makanan yang lezat.  Para tamu makan dengan lahapnya. Sampai-sampai ada diantara rombongan itu seseorang yang berbadan gempal makan dengan sangat lahap dan banyak. Sehingga dia tidak bisa tidur nyenyak karna kekenyangan. Dia gelisah disebabkan perutnya yang sakit lagi mules. Akhirnya, dia tak tahan lagi untuk membuang hajat. Malam itu juga, dia ingin sekali keluar mencari tempat qadha hajat, tapi perutnya tak bisa diajak kompromi. Walhasil, dia membuang kotorannya di kamar rumah Rasulullah SAW.  Lantaran khawatir ketahuan, kotoran itu dia tutupi dengan selendang yang ada di rumah itu, selendang milik Rasulullah SAW. Disebabkan rasa malu yang sangat l

Kisah Salman Al-Farisi Menjadi Penjamin Pembunuh

Suatu hari, Sayyidina Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu. Tiba-tiba datanglah tiga orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka. Ketika sudah berhadapan dengan Sayyidina Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata : “Tegakkanlah keadilan untukku, wahai Amirul Mukminin!” “Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !”. Sayyidina Umar segera bangkit dan berkata : “Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda? ”Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata : “Benar, wahai Amirul Mukminin.” “Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.”, tukas Sayyidina Umar. Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya : “Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muamalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, aku ikat untaku pada sebuah poh

Kisah Tsa'labah bin Abdurrahman (Cinta itu Tunduk dan Patuh)

Seorang pemuda tampan bernama Tsa'laba bin Abdurrahman yang begitu cinta dan sangat patuh kepada baginda Nabi SAW. Suatu saat pemuda ini hendak pulang, saat perjalanan pulang ia melewati satu rumah yang sangat sederhana, dan kebetulan rumah itu terbuka pintunya, dengan tanpa sengaja saat melintasi rumah itu si pemuda menoleh ke arah pintu rumah yang terbuka dan bersamaan dengan itu, ia tanpa sengaja melihat penghuni rumah (Wanita) yang kebetulan keluar dari kamar mandi. Atas kejadian itu, si pemuda Ini menangis sejadi-jadinya. Kemudian ia lari tanpa arah sampai keluar dari kota Madinah. Ia malu atas perbuatan yang baru saja ia lakukan. Ia Berkata : "Mata ku ini tak pantas memandang Wajah Mulia Rasulullah SAW." "Tubuh ini tak pantas bersanding dengan Tubuh Mulia Rasulullah SAW." Begitu besar rasa cintanya kepada Baginda Nabi, Ia merasa tak tulus dalam cintanya. Karena ia telah melanggar apa yang di larang oleh Sang Kekasih Tercinta, Ia mal

Cinta Rasulullah SAW Kepada Ummatnya

Pada suatu hari Rasulullah saw ditemui oleh malaikat Jibril. Rasul bertanya “Ada apa wahai Jibril?”. Jibril menjawab, “Wahai Muhammad, sesungguhnya hari ini Allah swt sedang mengobarkan nyala api Neraka dan seluruh malaikat amat ketakutan, mereka tidak tahu harus bagaimana, Untung aku ingat bahwa engkau adalah sumber cinta dan sayang Allah swt kepala alam semesta. Dengan alasan itu aku kesini, bertabaruk dengan cinta Allah kepada dirimu". Rasulullah saw terdiam beberapa saat. Kemudian bertanya lagi, “Wahai Jibril, ceritakan padaku bagaimanakah neraka itu sesungguhnya”. Jibril menjawab “Wahai Muhammad, Neraka itu bagaikan lubang-lubang yang terdiri dari 7 tingkat. Jarak antara satu lubang dengan yang lain ialah perjalanan 70 tahun. Lubang yang palingbawah adalah yang paling panas". Nabi saw meneruskan pertanyaannya, "Lalu siapakah penghuni lubang-lubang neraka itu wahai Jibril?”. Jibril menjawab, “Lubang yang paling bawah diciptakan untuk orang

Rasulullah Tidak Diutus Untuk Melaknat

Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terluka, gigi geraham Beliau patah, bibir bawahnya sobek, dahi dan keningnya yang mulia juga bercucuran darah Rasulullah malah tak henti menadahi tetesan darah itu dan mengusapkan ke dadanya agar jangan menetes ke tanah meski dalam keadaan genting sekalipun. Setelah perang mereda, seorang sahabat memberanikan diri bertanya perihal perilaku beliau tersebut; Dengan lemah lembut Rasulullah pun menjawab : Aku mendengar apa yang tidak kalian dengar. Malaikat penjaga gunung berkata: Kalau ada setetes darahku menyentuh bumi, maka Allah akan menurunkan adzab dari langit kepada mereka yang memerangiku. Mendengar jawaban itu para sahabat kembali bertanya, "Mengapa engkau tidak mendo'akan para musuh Allah itu supaya celaka?" Rasulullah kembali menjawab : " Sungguh aku tidak diutus untuk melaknat tetapi berdakwah dan menyebarkan rahmat kepada semesta alam "yaa Rabb berilah hidayah kepad

Hari Lebaran Keluarga Rasulullah SAW

Pada saat malam Takbiran, Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan kurma. Bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma. Terihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Fathimah menuntun Hasan dan Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni. Esok harinya tiba salat ‘Idul Fitri. Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti salat jama’ah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah ‘Id selesai, keluarga Rasulullah Saw. itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri. Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah Saw. Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang Ibnu Rafi’i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu. Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, dalam ‘Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, *gandum basi* yang baunya ter

Tangisan Rasulullah SAW Ingat Umatnya di Akhir Zaman

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ketika itu baginda Rasullah  sedang berkumpul duduk bersama sahabat-sahabatnya, diantara para sahabat ada Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan lainnya. Lalu kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, “Wahai sahabatku! Tahukah kalian siapakah hamba Allah yang paling mulia disisi Allah?” Para sahabat pun terdiam. Lalu ada salah seorang sahabat berkata, “Para malaikat ya Rasulullah!” Kemudian Nabi bekata, “Ya, para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah mereka senantiasa bertasbih, berzikir, beribadah kepada Allah, tentulah mereka mulia. Namun bukan itu yang Aku maksud.”  Lalu para sahabat kembali terdiam. Kemudian salah seorang sahabat kembali menjawab, “Ya Rasulullah, tentulah para Nabi, mereka itu yang paling mulia.” Nabi Muhammad tersenyum, Baginda Nabi berkata, “Ya, para nabi itu mulia, mereka itu adalah utusan Allah di muka bumi ini, mana mungkin mereka tidak mulia, tentulah mereka mulia, akan tetapi ada lagi ya

Tercongkelnya Mata Qotadah dan Mukjizat Nabi Muhammad Setelah Perang Uhud

Tahun tiga Hijriyah, berkecamuk perang Uhud. Perang itu sangat dahsyat, antara tentara Allah dan tentara setan berlaga, tentara Allah yang dipimpin Rasulullah SAW.  dam tentara setan dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, yang kala itu belum masuk islam. Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya mendapat musibah dalam perang tersebut. Akan tetapi musibah yang menimpa sesungguhnya kebaikan bagi kaum muslimin. Kurang lebih tujuh puluh sahabat gugur sebagai syuhada’, mereka dimakamkan di Uhud, Diantara mereka adalah Hamzah bin Abdul Muththalib paman Rasulullah, dan Mush’ab bin Umair. Sementara sahabat-sahabat yang selamat mengalami luka-luka termasuk Rasulullah SAW, dibagian kepala beliau terluka dan sebagian gigi Rasulullah SAW patah. Salah seorang sahabat yang menyaksikan perang Uhud adalah sahabat Qatadah RA. Nama beliau Qatadah bin An-Nu’man bin Zaid Al-Anshary Azh-Zhafari RA, seorang sahabat mulia yang pernah pula mengikuti perang Badr tahun 2 Hijriyah, beliau bersaudara de

Senyuman Anak Kecil Mengantarkan Ke Surga

Dalam kitab Qomi’uth Thughyan Karya Seorang Ulama Indonesia, Syeikh Nawawi Banten. Diceritakan ada seseorang yang berlumuran dosa, namun kemudian Allah melebur dosa-dosanya. Baginda Nabi bertanya kepada malaikat Jibril : “Sebab apa gerangan Allah mengampuni dosa-dosa orang itu?” Malaikat Jibril menjawab : له صبي صغير، فإذا دخل بيته يستقبله، فيدفع إليه شيئا من المأكوﻻت او ما يفرح به، فإذا فرح الصبي يكون كفارة لذنوبه "Karena ia memiliki anak kecil, ketika pulang dari bepergian, saat ia masuk ke rumahnya, ia disambut putranya yang masih kecil, ia memberikan buah tangan yang membuat sang buah hati bahagia. Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh “Kaffaratudz dzunub” dosa-dosa yang diampuni." وقد ذكر ابن حجر في اللسان ( 5 / 272 ط القديمة ) في ترجمة محمد بن عبدة بن حرب ... عن أنس – رضي الله عنه – قال : قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : " في الجنة باب يقال لها دار الفرح ، لا يدخلها إلا من فرَّح الصبيان " . Bahkan juga Ada Riwayat

Tujuh Kalimat Penghapus Dosa

Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa- dosanya walau sebesar lautan: 1. Mengucap Bismillah pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu. 2. Mengucap Alhamdulillah pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu. 3. Mengucap Astagfirullah jika lidah terselip perkataan yang tidak patut. 4. Mengucap Insya Allah jika merencanakan berbuat sesuatu dihari esok. 5. Mengucap La haula wala kuwwata illa billah jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini. 6. Mengucap Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun jika menghadapi dan menerima musibah. 7. Mengucap La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah sepanjang siang malam sehingga tak terpisah dari lidahnya. ″Semoga Allah melapangkan dan kebahagiaan yang melimpah bagi yang mengamalkan ″. @mahsus.al haidor

Kisah Seorang Yang Terbebas Dari Siksa Kubur Karena Sholawat Nabi

Suatu hari seorang ibu tua mendatangi Imam Al-Hasan Al-Bashri. Ia baru saja ditinggal mati anaknya yang perempuan. Kepada Al-Hasan Al-Bashri, ia menyampaikan kerinduan mendalam kepada anaknya. Ia merasa kehilangan. Ia ingin mengetahui keadaan si anak. Ia ingin berjumpa dengan anaknya meski dalam mimpi. Al-Hasan Al-Bashri memahami perasaan yang dialami tamu tersebut. Ia kemudian menyarankan si ibu untuk melakukan sembahyang empat rakaat setelah sembahyang Isya. “Bacalah Surat Alhakumut Takatsur sekali setiap rakaat setelah pembacaan Surat Al-Fatihah. Lalu berbaringlah. Bacalah shalawat nabi hingga kau tertidur. ”Perempuan itu mendengarkan baik-baik fatwa Al-Hasan Al-Bashri. Ia segera pulang dan menjalankan fatwa tersebut. Terjadilah apa yang dikehendaki si ibu. Ia dapat berjumpa dengan anak perempuannya yang telah meninggal. Tetapi ia begitu terkejut melihat anaknya terbelenggu dan terpasung dalam siksa kubur. Bangun tidur, ia kembali menemui Al-Hasan Al-Bashri. Ia menga

Perlakuan Dunia Kepada Pemujanya

Wahab bin Munabbih berkata, “Suatu saat Nabi Isa as melakukan perjalanan. Dia ditemani oleh seorang Yahudi. Dalam perjalanan tersebut mereka membawa roti sebanyak tiga buah. Dua buah dibawa oleh si Yahudi sedangkan satu roti dibawa oleh Nabi Isa. Nabi Isa berkata kepada orang Yahudi, ‘Kita makan saja sekarang. Roti yang dibawa olehmu keluarkan untuk kita makan. ‘Si Yahudi berkata, ‘Boleh!’. Ketika si Yahudi ini mengetahui bahwa Nabi Isa membawa satu roti dan dia membawa dua, ia merasa ada ganjalan. “sebelum acara makan dimulai, Nabi Isa melakukan shalat terlebih dahulu. Sedangkan kawannya si Yahudi itu pergi ke tempat agak jauh dari Isa yang sedang melaksanakan shalat. Di tempat tersebut si Yahudi ini memakan satu roti. Ketika Isa sudah selesai melakukan shalat, si Yahudi mengeluarkan makanan yang dibawanya. Isa bertanya kepada si Yahudi, ‘Mana roti yang satunya lagi?’ Si Yahudi berkata, ‘Roti yang mana? Nggak ada lagi kecuali yang satu roti ini!’. Maka Isa pun mengeluarkan rot

Cerita Nabi Sulaiman AS, Semut dan Cacing

Pada suatu hari nabi Sulaiman a.s. duduk dipinggir danau. kemudian, ia melihat seekor semut membawa sebiji gandum. Nabi Sulaiman a.s. terus memperhatikan semut itu yang tengah menuju ke tepi danau. Tiba-tiba ada seekor katak yang keluar dari dalam air seraya membuka mulutnya. Semut itu kemudian masuk kedalam mulut katak. Kemudian, katak itu pun menyelam ke dasar danau dalam waktu yang cukup lama. Sementara nabi Sulaiman a.s. memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi, katak tersebut keluar dari dalam air membuka mulutnya. lalu semut itu keluar, sementara sebiji gandum yang dibawanya sudah tidak ada lagi bersamanya. Nabi Sulaiman a.s. memanggil semut itu dan menanyakan kepadanya tentang apa yang baru saja dilakukannya, "wahai semut, apa yang kamu lakukan selama berada di mulut katak?" "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya didalam danau ini terdapat sebuah batu yang cekung berongga, dan didalam cekungan batu itu terdapat seekor cacing yang buta". Jawab

Kisah Syam'un Al-Ghazi dan Lailatul Qadr

Kisah tentang 1000 bulan, berawal dari seorang Nabiyullah yang bernama Nabi Syam’un al-Ghazi as. Nabi dari kalangan Bani Israil. Beliau adalah hakim ketiga terakhir pada zaman Israel kuno. Nabi Syam’un al-Ghazi As, memiliki beberapa nama, dalam bahasa Arab, beliau disebut dengan Syamsyawn atau Syam'un.  Dalam bahasa Ibrani, disebut Šimšon, dalam bahasa Tiberias, disebut Šhimšhôn; dalam Alkitab Nasrani, disebut Samson.  Nama Syam’un sendiri artinya:  "Yang berasal dari matahari”,  Sedangkan Al-Ghozi, artinya:  “Yang berasal dari Ghazi”  (Ghaza, Palestina sekarang). Suatu ketika Nabi Muhammad saw, Berkumpul bersama para sahabat dibulan Suci Ramadhan.  Nabi Muhammad SAW, terlihat tersenyum sendiri, lalu ditanya oleh para sahabatnya:  “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah”. Rosululloh menjawab:  Diperlihatkan kepadaku dihari akhir, ketika seluruh manusia dikumpulkan dipadang mah’syar, ada seorang Nabi yang membawa pedang dan tidak