Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Cinta Rasulullah SAW Kepada Ummatnya

Pada suatu hari Rasulullah saw ditemui oleh malaikat Jibril. Rasul bertanya “Ada apa wahai Jibril?”. Jibril menjawab, “Wahai Muhammad, sesungguhnya hari ini Allah swt sedang mengobarkan nyala api Neraka dan seluruh malaikat amat ketakutan, mereka tidak tahu harus bagaimana, Untung aku ingat bahwa engkau adalah sumber cinta dan sayang Allah swt kepala alam semesta. Dengan alasan itu aku kesini, bertabaruk dengan cinta Allah kepada dirimu". Rasulullah saw terdiam beberapa saat. Kemudian bertanya lagi, “Wahai Jibril, ceritakan padaku bagaimanakah neraka itu sesungguhnya”. Jibril menjawab “Wahai Muhammad, Neraka itu bagaikan lubang-lubang yang terdiri dari 7 tingkat. Jarak antara satu lubang dengan yang lain ialah perjalanan 70 tahun. Lubang yang palingbawah adalah yang paling panas". Nabi saw meneruskan pertanyaannya, "Lalu siapakah penghuni lubang-lubang neraka itu wahai Jibril?”. Jibril menjawab, “Lubang yang paling bawah diciptakan untuk orang

Rasulullah Tidak Diutus Untuk Melaknat

Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terluka, gigi geraham Beliau patah, bibir bawahnya sobek, dahi dan keningnya yang mulia juga bercucuran darah Rasulullah malah tak henti menadahi tetesan darah itu dan mengusapkan ke dadanya agar jangan menetes ke tanah meski dalam keadaan genting sekalipun. Setelah perang mereda, seorang sahabat memberanikan diri bertanya perihal perilaku beliau tersebut; Dengan lemah lembut Rasulullah pun menjawab : Aku mendengar apa yang tidak kalian dengar. Malaikat penjaga gunung berkata: Kalau ada setetes darahku menyentuh bumi, maka Allah akan menurunkan adzab dari langit kepada mereka yang memerangiku. Mendengar jawaban itu para sahabat kembali bertanya, "Mengapa engkau tidak mendo'akan para musuh Allah itu supaya celaka?" Rasulullah kembali menjawab : " Sungguh aku tidak diutus untuk melaknat tetapi berdakwah dan menyebarkan rahmat kepada semesta alam "yaa Rabb berilah hidayah kepad

Hari Lebaran Keluarga Rasulullah SAW

Pada saat malam Takbiran, Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan kurma. Bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma. Terihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Fathimah menuntun Hasan dan Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni. Esok harinya tiba salat ‘Idul Fitri. Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti salat jama’ah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah ‘Id selesai, keluarga Rasulullah Saw. itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri. Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah Saw. Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang Ibnu Rafi’i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu. Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, dalam ‘Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, *gandum basi* yang baunya ter

Tangisan Rasulullah SAW Ingat Umatnya di Akhir Zaman

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ketika itu baginda Rasullah  sedang berkumpul duduk bersama sahabat-sahabatnya, diantara para sahabat ada Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan lainnya. Lalu kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, “Wahai sahabatku! Tahukah kalian siapakah hamba Allah yang paling mulia disisi Allah?” Para sahabat pun terdiam. Lalu ada salah seorang sahabat berkata, “Para malaikat ya Rasulullah!” Kemudian Nabi bekata, “Ya, para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah mereka senantiasa bertasbih, berzikir, beribadah kepada Allah, tentulah mereka mulia. Namun bukan itu yang Aku maksud.”  Lalu para sahabat kembali terdiam. Kemudian salah seorang sahabat kembali menjawab, “Ya Rasulullah, tentulah para Nabi, mereka itu yang paling mulia.” Nabi Muhammad tersenyum, Baginda Nabi berkata, “Ya, para nabi itu mulia, mereka itu adalah utusan Allah di muka bumi ini, mana mungkin mereka tidak mulia, tentulah mereka mulia, akan tetapi ada lagi ya

Tercongkelnya Mata Qotadah dan Mukjizat Nabi Muhammad Setelah Perang Uhud

Tahun tiga Hijriyah, berkecamuk perang Uhud. Perang itu sangat dahsyat, antara tentara Allah dan tentara setan berlaga, tentara Allah yang dipimpin Rasulullah SAW.  dam tentara setan dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, yang kala itu belum masuk islam. Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya mendapat musibah dalam perang tersebut. Akan tetapi musibah yang menimpa sesungguhnya kebaikan bagi kaum muslimin. Kurang lebih tujuh puluh sahabat gugur sebagai syuhada’, mereka dimakamkan di Uhud, Diantara mereka adalah Hamzah bin Abdul Muththalib paman Rasulullah, dan Mush’ab bin Umair. Sementara sahabat-sahabat yang selamat mengalami luka-luka termasuk Rasulullah SAW, dibagian kepala beliau terluka dan sebagian gigi Rasulullah SAW patah. Salah seorang sahabat yang menyaksikan perang Uhud adalah sahabat Qatadah RA. Nama beliau Qatadah bin An-Nu’man bin Zaid Al-Anshary Azh-Zhafari RA, seorang sahabat mulia yang pernah pula mengikuti perang Badr tahun 2 Hijriyah, beliau bersaudara de

Senyuman Anak Kecil Mengantarkan Ke Surga

Dalam kitab Qomi’uth Thughyan Karya Seorang Ulama Indonesia, Syeikh Nawawi Banten. Diceritakan ada seseorang yang berlumuran dosa, namun kemudian Allah melebur dosa-dosanya. Baginda Nabi bertanya kepada malaikat Jibril : “Sebab apa gerangan Allah mengampuni dosa-dosa orang itu?” Malaikat Jibril menjawab : له صبي صغير، فإذا دخل بيته يستقبله، فيدفع إليه شيئا من المأكوﻻت او ما يفرح به، فإذا فرح الصبي يكون كفارة لذنوبه "Karena ia memiliki anak kecil, ketika pulang dari bepergian, saat ia masuk ke rumahnya, ia disambut putranya yang masih kecil, ia memberikan buah tangan yang membuat sang buah hati bahagia. Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh “Kaffaratudz dzunub” dosa-dosa yang diampuni." وقد ذكر ابن حجر في اللسان ( 5 / 272 ط القديمة ) في ترجمة محمد بن عبدة بن حرب ... عن أنس – رضي الله عنه – قال : قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : " في الجنة باب يقال لها دار الفرح ، لا يدخلها إلا من فرَّح الصبيان " . Bahkan juga Ada Riwayat

Tujuh Kalimat Penghapus Dosa

Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa- dosanya walau sebesar lautan: 1. Mengucap Bismillah pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu. 2. Mengucap Alhamdulillah pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu. 3. Mengucap Astagfirullah jika lidah terselip perkataan yang tidak patut. 4. Mengucap Insya Allah jika merencanakan berbuat sesuatu dihari esok. 5. Mengucap La haula wala kuwwata illa billah jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini. 6. Mengucap Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun jika menghadapi dan menerima musibah. 7. Mengucap La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah sepanjang siang malam sehingga tak terpisah dari lidahnya. ″Semoga Allah melapangkan dan kebahagiaan yang melimpah bagi yang mengamalkan ″. @mahsus.al haidor

Kisah Seorang Yang Terbebas Dari Siksa Kubur Karena Sholawat Nabi

Suatu hari seorang ibu tua mendatangi Imam Al-Hasan Al-Bashri. Ia baru saja ditinggal mati anaknya yang perempuan. Kepada Al-Hasan Al-Bashri, ia menyampaikan kerinduan mendalam kepada anaknya. Ia merasa kehilangan. Ia ingin mengetahui keadaan si anak. Ia ingin berjumpa dengan anaknya meski dalam mimpi. Al-Hasan Al-Bashri memahami perasaan yang dialami tamu tersebut. Ia kemudian menyarankan si ibu untuk melakukan sembahyang empat rakaat setelah sembahyang Isya. “Bacalah Surat Alhakumut Takatsur sekali setiap rakaat setelah pembacaan Surat Al-Fatihah. Lalu berbaringlah. Bacalah shalawat nabi hingga kau tertidur. ”Perempuan itu mendengarkan baik-baik fatwa Al-Hasan Al-Bashri. Ia segera pulang dan menjalankan fatwa tersebut. Terjadilah apa yang dikehendaki si ibu. Ia dapat berjumpa dengan anak perempuannya yang telah meninggal. Tetapi ia begitu terkejut melihat anaknya terbelenggu dan terpasung dalam siksa kubur. Bangun tidur, ia kembali menemui Al-Hasan Al-Bashri. Ia menga

Perlakuan Dunia Kepada Pemujanya

Wahab bin Munabbih berkata, “Suatu saat Nabi Isa as melakukan perjalanan. Dia ditemani oleh seorang Yahudi. Dalam perjalanan tersebut mereka membawa roti sebanyak tiga buah. Dua buah dibawa oleh si Yahudi sedangkan satu roti dibawa oleh Nabi Isa. Nabi Isa berkata kepada orang Yahudi, ‘Kita makan saja sekarang. Roti yang dibawa olehmu keluarkan untuk kita makan. ‘Si Yahudi berkata, ‘Boleh!’. Ketika si Yahudi ini mengetahui bahwa Nabi Isa membawa satu roti dan dia membawa dua, ia merasa ada ganjalan. “sebelum acara makan dimulai, Nabi Isa melakukan shalat terlebih dahulu. Sedangkan kawannya si Yahudi itu pergi ke tempat agak jauh dari Isa yang sedang melaksanakan shalat. Di tempat tersebut si Yahudi ini memakan satu roti. Ketika Isa sudah selesai melakukan shalat, si Yahudi mengeluarkan makanan yang dibawanya. Isa bertanya kepada si Yahudi, ‘Mana roti yang satunya lagi?’ Si Yahudi berkata, ‘Roti yang mana? Nggak ada lagi kecuali yang satu roti ini!’. Maka Isa pun mengeluarkan rot