Langsung ke konten utama

TERBITNYA CAHAYA CAHAYA

“Tempat terbitnya cahaya-cahaya adalah qalbu-qalbu dan rahasia qalbu” Kenapa demikian? Karena sumbernya adalah pemahaman atau pengetahuan. Pemahaman itu ada pada qalbu, sedangkan munculnya pengetahuan adalah dari rahasia qalbu atau rahasia batin (asrar).

Dalam kitabnya, Syeikh Abul abbas al-Hadhramy menegaskan, “Pemahaman nuur itu menurut limpahan anugerah yang memancar di qalbu dan menurut kadar cahaya dalam batinnya qalbu.“ Beliau juga mengatakan, “Cahaya itu beragam dan berbeda-beda: Ada cahaya watak diri, ada cahaya akal, ada cahaya ruh, ada cahaya qalbu dan ada
cahaya titik hitam dalam qalbu (suwaidaa’ul qalb), ada pula cahaya rahasia batin (sirr), dan cahaya dalam rahasia batin (sirr) itulah yang paling agung dan paling sempurna.

Setiap cahaya dari semua cahaya itu ada yang disebut dengan cahaya penakwilan (cahaya kecerdasan), ada cahaya pelimpahan anugerah (cahaya tanziil), ada cahaya transformatif (cahaya menuju yang lebih terang) dan cahaya perpindahan (cahaya tanqil).

Setiap tahap (maqam ruhani) ada penjelasan yang tak terjangkau oleh batin kita apalagi membuat batasan garis, “Dan tidak ada yang tahu pasukan-pasukan Tuhanmu kecuali Dia”.

Beliau melanjutkan: “Ada cahaya yang dititipkan dalam qalbu, cahaya itu melimpah datang dari khazanah ghaib tersembunyi.”

Syeikh Zarruq dalam syarah Al-Hikam ini mengatakan, “Cahaya yang dititipkan dalam qalbu itu adalah yang tercetak dalam batin qalbu yang melimpah dari cahaya Musyahadah di Hari Perjanjian Azali :
“Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab, “Benar (Engkaulah Tuhanku)”. (Al-A’raaf: 7).

Cahaya itulah yang diibaratkan sebagai cahaya mata kita ketika mata memandang. Namun datangnya cahaya itu setelah adanya cahaya Ilham yang memancar dari khazanah rahasia tersembunyi (khazainul ghuyub)….”. Beliau melanjutkan: “Ada cahaya yang tersingkap padamu melalui ciptaan-ciptaannya, dan ada cahaya yang tersingkap padamu melalui Sifat-sifatNya.”

Dua model cahaya yang tersingkap, dan keduanya bersifat batin semua. Bila muncul cahaya yang tersingkap dari perspektif ciptaan-ciptaanNya, maka anda akan melihat cahaya itu dengan suatu efek bahwa ciptaan-ciptaan itu hanyalah sesuatu yang serba kurang dan sirna di dunia ini. Tak ada yang abadi, kekal dan sempurna.

Dari sanalah seseorang menjadi penuh harap dan rasa takut, lalu mencari selamat dan pahala karena anda tahu sebenarnya dunia itu seperti apa. Pada saat yang sama anda tahu akhirat dan kekekalannya dan apa yang disediakan Allah Ta’ala pada orang yang patuh dan taat pada-Nya dan apa yang diancamkan pada orang yang maksiat pada-Nya.

Sebagian para Sufi menegaskan, “Apabila iman ada di luar qalbu, yakni pada al-Fuad, maka orang beriman mencintai Allah dengan cinta yang setengah-tengah saja, bila iman sudah merasuk ke dalam qalbu yaitu masuk pada titik hitamnya, ia akan mencintai Allah dengan cinta yang sangat kuat.”

Namun hati-hati, cahaya itu bisa menjadi hijab, sebagaimana ciptaan ini bisa jadi hijab. Lalu Ibnu Athaillah as-Sakandary menegaskan:
“Kadang qalbu tercengang (berhenti) oleh pesona cahaya, sebagaimana nafsu terhijab oleh alam kasat mata.”

Kadang memang demikian, karena itu harus hati-hati, jangan sampai cahaya Allah Swt, justru menjadi tirai antara anda dengan Allah Swt, karena indahnya pesona ruhani, membuat anda alpa dan kehilangan pada Sang Pemberi Cahaya.

Model orang yang terpesona oleh cahaya dan terhenti ini ada tiga faktor:
Sangat senang dan suka cita dengan cahaya, asyik maksyuk dengan fenomena cahaya. Menenggelamkan diri pada indahnya cahaya batin dan tidak menjenguk apa yang ada dibalik atau sesudahnya (Allah Sang Maha Pencahaya). Memandang cahaya itu sebagai tahap final dari perjalanan ruhaninya.

Karena itu Ibnul Jalla’, ra, menegaskan, “Siapa yang hasratnya terhenti pada selain Allah Swt, ia kehilangan Allah Swt. Karena Allah Swt Maha Besar, dan jauh untuk disertai yang lainNya. Karena itu, disebutkan oleh Syeikh Ahmad ar-Rifa’y, bahwa kaum ‘arifin bisa terkena istidroj bila terhenti pada kema’rifatannya, bukan pada Sang Ma’ruf (Allah Yang dimakrifati). Dengan begitu:

Ketika anda berdzikir, jangan terhenti pada indah dan nikmatnya dzikir, lalu lupa pada Yang anda Ingat (Allah Swt),

Ketika anda beristiqomah jangan terpaku pada karomahnya, alpa pada Dia yang mencintai Istiqomah anda.

Ketika anda berdoa, gembira pada wujud ijabahNYa, lupa pada agung takdir munajat anda kepadaNya.

Beliau Ibnu Athaillah as-Sakandary menyebutkan hikmah dibalik ditutupnya rahasia-rahasia para wali dari umumnya manusia, dan tidak muncul di tengah publik. “Allah Swt menutupi cahaya-cahaya rahasia batin dengan alam lahiriyah, dalam rangka memuliakannya agar tidak tergelar di dalam wujud nyata (tampak). Sekaligus terhindarkan dari bahasa popularitas.”

Betapa mulianya cahaya-cahaya para ‘arifun dan para auliya’ itu, hingga Allah harus merahasiakannya, dibalik tampilan biasa, manusiawi dan alamiah belaka. Ibarat bintang di langit semakin tinggi semakin tidak tampak dan tidak bisa dipandang.

Bahkan orang-orang kafir pun terkecoh, ketika memandang para Nabi as. Ketika mereka mengatakan, “Ini tak lebih dari manusia seperti kalian, yang makan seperti makanan kalian dan minum seperti minuman kalian. “ (Al-Mu’minun 33), “Mereka mengatakan, Rasul macam apa ini yang makan makanan dan jalan di pasar-pasar ?” (Al-Furqon: 7).

Karena itu mengenal wali, menurut Syeikh Abul Abbas Al-Mursy, lebih sulit disbanding mengenal Allah Swt. Karena Allah Ta’ala sangat jelas dengan keparipurnaan dan keindahanNya, sedangkan para wali, bagaimana anda tahu, mereka makan seperti anda, dan minum seperti minuman anda.”

Lalu Ibnu Athaillah menegaskan, “Bila Allah hendak mengenalkan anda pada seorang wali dari wali-waliNya, maka wujud manusiawinya disingkap pada anda, lalu dipersaksikan wujud keistemewaannya.”


By: EMELHAM

Komentar

Popular Posts

Tangisan Rasulullah SAW Ingat Umatnya di Akhir Zaman

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ketika itu baginda Rasullah  sedang berkumpul duduk bersama sahabat-sahabatnya, diantara para sahabat ada Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan lainnya. Lalu kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, “Wahai sahabatku! Tahukah kalian siapakah hamba Allah yang paling mulia disisi Allah?” Para sahabat pun terdiam. Lalu ada salah seorang sahabat berkata, “Para malaikat ya Rasulullah!” Kemudian Nabi bekata, “Ya, para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah mereka senantiasa bertasbih, berzikir, beribadah kepada Allah, tentulah mereka mulia. Namun bukan itu yang Aku maksud.”  Lalu para sahabat kembali terdiam. Kemudian salah seorang sahabat kembali menjawab, “Ya Rasulullah, tentulah para Nabi, mereka itu yang paling mulia.” Nabi Muhammad tersenyum, Baginda Nabi berkata, “Ya, para nabi itu mulia, mereka itu adalah utusan Allah di muka bumi ini, mana mungkin mereka tidak mulia, tentulah mereka mulia, akan tetapi ada lagi ya

Pengertian Dekat Kepada Allah

Kita sudah maklum bahwa Allah s.w.t. adalah dekat dengan kita. Tetapi hamba-hamba Allah yang shaleh merasakan bahwa mereka dekat dengan Allah SWT. Bagaimana pengertian hal keadaan ini, tentu saja kita ingin mempelajarinya. Maka dalam hal ini yang mulia Maulana Ibnu Athaillah Askandary telah mengungkapkannya dalam Kalam Hikmah beliau sebagai berikut: "Dekat anda kepada-Nya ialah bahwa anda melihat dekatNya. Jika tidak (demikian), maka di manakah anda dan di manakah wujud dekat-Nya? Kalam Hikmah ini sepintas lalu agak sulit difahami dan dimengerti, karena itu marilah kita jelaskan sebagai berikut: A. Pengertian "dekat Allah SWT dengan kita" ialah dekat pada ilmu, pada kekuasaan (qudrat) dan pada kehendak (iradah). DekatNya Allah dengan kita pada 'Ilmu', artinya segala sesuatu apa pun yang terdapat pada kita dan yang terjadi pada kita, lahir dan bathin, semuanya diketahui oleh Allah SWT dengan IlmuNya sejak azali, artinya sejak alam mayapada ini be

RAHASIA DIBALIK USIA 40 (Menyingkap Rahasia Nubuwwah Rasulullah SAW)

Rahasia umur Muhammad saat nubuwah, mulai tersingkap sedikit demi sedikit. Mengapa Nabi Muhammad SAW. mengemban misi kenabian saat beliau berusia 40 tahun? Dan bukannya usia 30 atau 35, puncak kehebatan [fisik] manusia? Mengapa harus 40 tahun? saat fisik sudah berada di jalur turun, ibarat naik roll coster, 0-39 th adalah ketika kereta merambat naik, lalu di usia 40 lah si kereta roll coster mencapai puncak rel dan kemudian meroket turun.