Langsung ke konten utama

RAHASIA DI BALIK UCAPAN

Ucapan yang keluar dari nafs yang penuh gejolak dan hati yang buruk akan menggerakkan dan membangkitkan keburukan dari lawan bicaranya. Oleh karena itu, pada saat berbicara hendaknya manusia memperhatikan nafs-nya ataupun nafs orang lain agar tercapai kebaikan dan ketenangan.

Betapa indah ucapan sayidina Ali kwh ketika menjelaskan rahasia ucapan:

"Wadah (lahan) ucapan adalah hati, gudangnya adalah pikiran (fikr), penguatnya adalah akal, pengungkapnya adalah lisan, jasadnya adalah huruf, ruhnya adalah makna, hiasannya adalah i’rob dan aturannya adalah kebenaran. Pengaruh ucapan pada pendengar tergantung pada nafs pembicara. Jika ucapan tersebut muncul dari jiwa yang kuat, maka akan memberikan kesan yang kuat. Dan jika muncul dari jiwa yang lemah, maka akan memberikan kesan yang lemah. Oleh karena itu sebelum berbicara manusia harus memperhatikan keadaan jiwanya agar kalimat yang ia ucapkan muncul dari jiwa yang tenang (sakinah), sehingga ia dapat berbicara kepada temannya dengan lemah lembut, dapat merebut dan menyenangkan hatinya, dan tidak membuatnya marah.

Allah SWT berfirman:

“Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”

(QS An-Nahl, 16:125)

“Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

(QS Fushshilat, 41:43)

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”

(QS Fushshilat, 41:35)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki sifat-sifat mulia akan memperoleh karunia yang sangat besar dari Allah. Pahamilah persoalan ini dan berusahalah untuk berperilaku dengan sifat-sifat mulia tersebut, yakni dengan akhlak kaum khowwash (khusus).

Perhatikanlah akhlak-akhlak yang mulia dan berlombalah untuk meraihnya. Pergaulilah manusia dengan sopan santun. Hindarilah gejolak nafs, karena bila nafs bergejolak, ia akan kembali pada tabiatnya, yaitu cenderung untuk melakukan perbuatan buruk dan menampakkan aib. Sedangkan jika nafs telah rela dan senang, maka ia akan merasa lapang dan siap untuk melakukan berbagai perbuatan baik.

Jauhilah pertentangan dan pertengkaran dengan segenap tenagamu, baik secara lahir maupun batin. Jika tidak mampu menghindarinya secara batiniah, maka hindarilah secara lahiriah. Perlakukanlah teman dengan baik, sebab pertentangan merupakan sumber keburukan dan bencana, sebagaimana dikatakan: Pertentangan membangkitkan permusuhan dan permusuhan mendatangkan bencana.

Berusahalah untuk hidup rukun dan tenangkanlah nafs, karena jika antara hati yang satu dan yang lain telah saling bersesuaian, maka manusia akan mudah mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan keberkahan pun akan turun.

Sayyidina Ali kw berkata:

"Biasakanlah dirimu untuk berniat dan bertujuan baik, niscaya kamu akan sukses."

Betapa banyak niat lebih bermanfaat daripada amal. Perbaikilah akhlak, niscaya akan mendapat petunjuk dalam setiap urusan. Ilmu diperoleh dengan belajar sedangkan hilm (sabar, santun) diperoleh dengan latihan.

Dikatakan dalam sebuah syair:
"Sebelum jadi penyantun
ia dipukul dengan tongkat dahulu, Seseorang dididik
tak lain agar berilmu."

Manusia harus menjaga ucapannya, jangan sampai ia mengucapkan kata-kata buruk atau menceritakan pembicaraan yang buruk kepada seseorang, karena kelak ia akan terkena aibnya dan akan mendapat dosa paling banyak.

Seorang penyair berkata:

"Tak akan berkata jorok, si orang mulia, Tak akan pula menghapal ucapan tercela
Ia curahkan semua tenaga,
Dan bila bicara indah dan benar ucapannya."

Seorang manusia hendaknya tidak berbicara ketika berada dalam keadaan emosional atau marah. Sebab, saat itu nafs-nya sedang bergolak dan berkobar sehingga ia mudah tergelincir dalam kesalahan. Oleh karena itu, hendaknya ia bersabar hingga nafs tenang.

(Memahami Hawa Nafsu, Idhohu Asrori ‘Ulumil Muqorrobîn, Putera Riyadi

Komentar

  1. Alhamdulillah sangat bermanfaat 😊
    Ijin share ya Kak 😊😌😌☘

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts

Tangisan Rasulullah SAW Ingat Umatnya di Akhir Zaman

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ketika itu baginda Rasullah  sedang berkumpul duduk bersama sahabat-sahabatnya, diantara para sahabat ada Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan lainnya. Lalu kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, “Wahai sahabatku! Tahukah kalian siapakah hamba Allah yang paling mulia disisi Allah?” Para sahabat pun terdiam. Lalu ada salah seorang sahabat berkata, “Para malaikat ya Rasulullah!” Kemudian Nabi bekata, “Ya, para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah mereka senantiasa bertasbih, berzikir, beribadah kepada Allah, tentulah mereka mulia. Namun bukan itu yang Aku maksud.”  Lalu para sahabat kembali terdiam. Kemudian salah seorang sahabat kembali menjawab, “Ya Rasulullah, tentulah para Nabi, mereka itu yang paling mulia.” Nabi Muhammad tersenyum, Baginda Nabi berkata, “Ya, para nabi itu mulia, mereka itu adalah utusan Allah di muka bumi ini, mana mungkin mereka tidak mulia, tentulah mereka mulia, akan tetapi ada lagi ya

Pengertian Dekat Kepada Allah

Kita sudah maklum bahwa Allah s.w.t. adalah dekat dengan kita. Tetapi hamba-hamba Allah yang shaleh merasakan bahwa mereka dekat dengan Allah SWT. Bagaimana pengertian hal keadaan ini, tentu saja kita ingin mempelajarinya. Maka dalam hal ini yang mulia Maulana Ibnu Athaillah Askandary telah mengungkapkannya dalam Kalam Hikmah beliau sebagai berikut: "Dekat anda kepada-Nya ialah bahwa anda melihat dekatNya. Jika tidak (demikian), maka di manakah anda dan di manakah wujud dekat-Nya? Kalam Hikmah ini sepintas lalu agak sulit difahami dan dimengerti, karena itu marilah kita jelaskan sebagai berikut: A. Pengertian "dekat Allah SWT dengan kita" ialah dekat pada ilmu, pada kekuasaan (qudrat) dan pada kehendak (iradah). DekatNya Allah dengan kita pada 'Ilmu', artinya segala sesuatu apa pun yang terdapat pada kita dan yang terjadi pada kita, lahir dan bathin, semuanya diketahui oleh Allah SWT dengan IlmuNya sejak azali, artinya sejak alam mayapada ini be

RAHASIA DIBALIK USIA 40 (Menyingkap Rahasia Nubuwwah Rasulullah SAW)

Rahasia umur Muhammad saat nubuwah, mulai tersingkap sedikit demi sedikit. Mengapa Nabi Muhammad SAW. mengemban misi kenabian saat beliau berusia 40 tahun? Dan bukannya usia 30 atau 35, puncak kehebatan [fisik] manusia? Mengapa harus 40 tahun? saat fisik sudah berada di jalur turun, ibarat naik roll coster, 0-39 th adalah ketika kereta merambat naik, lalu di usia 40 lah si kereta roll coster mencapai puncak rel dan kemudian meroket turun.