Antara Solat & Ru’yatullah
Hubungan antara Solat dan Ru’yatullah ini tampak sangat jelas jika kita merenungkan firman Allah :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ۞ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۞ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ ۞ تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ ۞ كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ ۞ وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ ۞ وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ ۞ وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ ۞ إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ ۞ فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّى ۞ وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى ۞
Artinya :
"Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. ۞ Kepada Tuhannyalah mereka melihat. ۞ Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, ۞ mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.۞ Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, ۞ dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”,۞ dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), ۞ dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), ۞ kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. ۞ Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Qur’an) dan tidak mau mengerjakan shalat, ۞ tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (QS. Al-Qiyâmah: 22-32).
Di sini Allah mengabarkan bahwa orang-orang mukmin kelak akan melihat Rabb, merekalah orang-orang yang akan bercahaya dan berseri-seri wajahnya. Kemudian Allah menyebutkan satu golongan manusia yang akan berwajah suram lagi kelam, di mana meninggalkan Solat adalah salah satu dari sekian amalan buruk mereka sebagaimana yang termaktub dalam ayat diatas. Kesimpulannya, adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikh Prof. DR. ‘Abdurrazzaq al-Badr:
فدل على أن أهل القسم الأول أهل النضرة والنظر إلى الله هم أهل الصلاة
“Maka hal tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang bercahaya wajahnya, cerah dan berseri-seri (dalam ayat tersebut) adalah orang-orang yang senantiasa mengerjakan Solat (dengan sebenar-benarnya-pent).”
Sementara dari as-Sunnah, keterkaitan antara Solat dan Ru’yatullah ini tersirat jelas dari sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Jarir bin ‘Abdillâh t berikut ini:
أَمَا إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تُضَامُّونَ فِى رُؤْيَتِهِ فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا ». يَعْنِى الْعَصْرَ وَالْفَجْرَ ثُمَّ قَرَأَ جَرِيرٌ (وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا)
“Ketahuilah bahwa kelak kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan (malam) ini di mana kalian tidak perlu berdesak-desakan dalam melihat-Nya (sebagaimana kalian tidak perlu berdesak-desakan melihat bulan-pent). Maka (dari itu), jika kalian mampu untuk tidak ketinggalan Solat sebelum terbit dan sebelum terbenamnya matahari, maka lakukanlah.” Yang dimaksud adalah Solat Subuh dan Solat Ashar, kemudian Jarir (berdalil) membaca ayat yang artinya; ‘Dan bertasbih serta bertahmid-lah pada Rabb-mu sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya (QS. Thaha: 130).’” (Shahîh Muslim: 633).
Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah (wafat: 795-H) ketika menjelaskan hadits tersebut, beliau mengatakan:
“وقد قيل في مناسبة الأمر بالمحافظة على هاتين الصلاتين عقيب ذكر الرؤية: أن أعلى ما في الجنة رؤية الله عز وجل، وأشرف ما في الدنيا من الأعمال هاتان الصلاتان، فالمحافظة عليهما يرجى بها دخول الجنة ورؤية الله عز وجل فيها” (فتح الباري: 4/323)
“Telah disebutkan perihal (simpul hikmah di balik) keterkaitan antara penyebutan tentang penjagaan kedua Solat ini setelah penyebutan Ru’yatullah; bahwasanya sesuatu yang paling tinggi dan mulia di surga adalah Ru’yatullâh, sementara (di antara) amalan yang paling mulia di dunia adalah kedua Solat ini, maka penjagaan atas keduanya diharapkan bisa mengantarkan ke dalam surga lalu melihat Allah di dalamnya.” (Fathul Bari Libni Rajab: 4/323).
Penyebutan kedua Solat ini secara khusus, menunjukkan betapa agung dan betapa besar keutamaan keduanya. Karena realita menunjukkan, bahwa kedua Solat ini adalah Solat yang paling berat untuk ditunaikan secara sempurna. Ada banyak kesibukan duniawi yang rentan menghalangi kita untuk mengerjakan kedua Solat ini tepat pada waktunya secara berjama’ah di masjid. Hanya orang-orang yang berhati khusyu’ dan senantiasa rindu serta butuh untuk selalu mengerjakan Solat-lah yang mampu menjaga kedua Solat ini dengan segenap adab dan sunnahnya. Jika kedua Solat ini sudah terjaga dengan baik, niscaya Solat yang lain akan lebih mudah lagi untuk terjaga.
Demikianlah keterkaitan agung antara Solat dan Ru’yatullah. Kesimpulannya, Solat adalah media terbesar bagi seorang hamba untuk meraih kelezatan melihat Allâh kelak di surga. Dan sebelum kelezatan akbar tersebut, para pecinta Solat, akan lebih dulu merasakan kenikmatan “melihat” Allâh dalam Solat mereka semasa di dunia. Inilah yang dirasakan oleh Rasulullah SAW, sehingga mendorong beliau untuk memohon kelezatan Ru’yatullah yang hakiki di surga kelak. Di penghujung Solatnya sebelum salam Beliau SAW memanjatkan do’a:
وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ
“…Dan aku memohon pada-Mu kelezatan memandang Wajah-Mu, dan kerinduan akan pertemuan dengan-Mu…” (HR. an-Nasa’i, Misykatul Mashabih: 2497, Shahih).
*by. Saputra Halim, Sumber Bacaan: “ash-Shilah baina ash-Sholat wa Ru’yatillah”, Syaikh Prof. DR. Abdurrazzaq al-Badr.
Komentar
Posting Komentar