Bahwasannya Hamalatul Qur’an sampai pada saat ini tiada lain hanyalah
anugerah Allah Swt. Yang berlaku proses dari hono-coroko kemudian doto-sowoloyang terhimpun dari 3 tipologi Kiai:
1). Kiai Tutur,
2). Kiai Tandur,
3). Kiai Sembur.
Sedangkan keberlangsungannya karena adanya tiga unsur, (1). Guru, (2). Murid dan (3) Piwulang gamblang kemudian perangkat yang menjadi sarpras kebutuhan KBM akan
dipenuhi secara berkala sesuai dengan kondisi masa kini.
Hamalatul Qur’an mengambil peran penting di negara kesatuan Republik Indonesia, dengan propaganda pondok pesantren dibidang kader kepemimpinan dengan ciri khas menitik beratkan asas manfaat menjalankan misi sampai pada visi yang selalu Al-Qur’an.
Hamalatul Qur’an mengambil peran penting di negara kesatuan Republik Indonesia, dengan propaganda pondok pesantren dibidang kader kepemimpinan dengan ciri khas menitik beratkan asas manfaat menjalankan misi sampai pada visi yang selalu Al-Qur’an.
Kurikulum Riyadoh dicipta tiada lain adalah sebuah ciri khas kiai langgaran, ndeso dengan kehalusan tuturnya dan ketika mendapat aduan masyarakat yang berhajat, maka diawali sholat tirakat agar rencana tergapai secara baik. Kiai bermunajat istikhoroh sehingga mendapat berita dari Allah hingga dinamika masyarakat langgar terbina terhalau terprediksi problem yang akan datang hingga
wujud “toto tentrem kerto raharjo gemah ripah loh jinawi murah sandang pangan seger kewarasan” adalah pakem Hamalatul Qur’an dengan segala harapannya.
Ketahanan mental spritiual, ketahanan kultural, ketahan yudisial yang dipandu oleh para wanita teladan adalah titik strategis perjuangan dengan mengambil ta’bir
Surat Al-Ahzab Ayat 32
يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِٱلْقَوْلِ فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
Artinya: “Wahai istri-istri Nabi, kamu tidaklah seperti perempuan-perempuan yang lain jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.”
النساء عماد البَلد اذا صلحت صلح البَلد واذا فسدت فسد البَلد
Garda depan perjuangan yang dimulai oleh Abul Basyar Nabi Ibrahim As.
dengan Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail As. sampai Nabi Terakhir dan Sayyidatuna Fatimah melahirkan sultan di Indonesia di berbagai perjuangan. Dan Siti Sarah melahirkan Nabi Ishaq sampai dengan Nabi Isa As.
Hamalatul Qur’an berjalan dengan welas Pengeran dengan karunia sesama karsa cipta nuanasa bahagia berselimut do’a sampai pada tataran podojoyonya.
Ketika sampai tahap podojoyonya ini hal biasa seperti tidak ada apa-apa dan ketika sesampai pada tataran mogobotongo kini membutuhkan sikap bersandar kepada Allah semata agar selamat di dalam menghimpun suatu kesatuan yang dipegang pemangku amanat dari berbagai model karakter yang bertujuan sama untuk mengantar pendidik masa depan dengan Al-Qur’an dengan arif bijak dengan keteladanan akhlak Rasul.
Perkembangan seiring berjalannya waktu Allah memberikan anugerah berkat usaha dan hikmah do’a dengan konsep kuno sarwo ndunungno roso.
Ketahanan mental spritiual, ketahanan kultural, ketahan yudisial yang dipandu oleh para wanita teladan adalah titik strategis perjuangan dengan mengambil ta’bir
Surat Al-Ahzab Ayat 32
يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِٱلْقَوْلِ فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
Artinya: “Wahai istri-istri Nabi, kamu tidaklah seperti perempuan-perempuan yang lain jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.”
النساء عماد البَلد اذا صلحت صلح البَلد واذا فسدت فسد البَلد
Garda depan perjuangan yang dimulai oleh Abul Basyar Nabi Ibrahim As.
dengan Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail As. sampai Nabi Terakhir dan Sayyidatuna Fatimah melahirkan sultan di Indonesia di berbagai perjuangan. Dan Siti Sarah melahirkan Nabi Ishaq sampai dengan Nabi Isa As.
Hamalatul Qur’an berjalan dengan welas Pengeran dengan karunia sesama karsa cipta nuanasa bahagia berselimut do’a sampai pada tataran podojoyonya.
Ketika sampai tahap podojoyonya ini hal biasa seperti tidak ada apa-apa dan ketika sesampai pada tataran mogobotongo kini membutuhkan sikap bersandar kepada Allah semata agar selamat di dalam menghimpun suatu kesatuan yang dipegang pemangku amanat dari berbagai model karakter yang bertujuan sama untuk mengantar pendidik masa depan dengan Al-Qur’an dengan arif bijak dengan keteladanan akhlak Rasul.
Perkembangan seiring berjalannya waktu Allah memberikan anugerah berkat usaha dan hikmah do’a dengan konsep kuno sarwo ndunungno roso.
Adapun perincian wisuda hafidhon ini adakalanya santri utusan dari berbagai pesantren/daerah juga santri murni dan ada kalanya santri transit untuk jenjang syarat.
Dengan semangat juang semakin kekini selalu menganalisa dengan
mengembangkan norma HQ jogoroto jogorogo jogoroso menjadi kurikulum baku
serta mencetak kader pendidik dari dalam HQ.
Wisuda yang diselenggarakan seperti ini bukanlah finis dan vonis akan tetapi
tahapan jenjang untuk jenjang berikut.
Harapan pasca wisuda ada jenjang berikut;
1. Jenjang sertifikat munaqosyah.
2. Jenjang syahadah tasmi’ 30 juz.
3. Jenjang Qiro’ah Sab’ah
Dan disertai dengan pendidikan berdasar kebutuhan.
Harapan pasca pondok di mana pun HQ tetap HQ hendaknya menjadi:
1. Prakarsa manfaat masyarakat.
2. Prakarsa warna corak budaya.
3. Prakarsa mental.
Demikian yang bisa disajikan kepada masyarakat secara menyeluruh.
Aamiin
yaa Rabbal ‘Alamain.
Dengan semangat juang semakin kekini selalu menganalisa dengan
mengembangkan norma HQ jogoroto jogorogo jogoroso menjadi kurikulum baku
serta mencetak kader pendidik dari dalam HQ.
Wisuda yang diselenggarakan seperti ini bukanlah finis dan vonis akan tetapi
tahapan jenjang untuk jenjang berikut.
Harapan pasca wisuda ada jenjang berikut;
1. Jenjang sertifikat munaqosyah.
2. Jenjang syahadah tasmi’ 30 juz.
3. Jenjang Qiro’ah Sab’ah
Dan disertai dengan pendidikan berdasar kebutuhan.
Harapan pasca pondok di mana pun HQ tetap HQ hendaknya menjadi:
1. Prakarsa manfaat masyarakat.
2. Prakarsa warna corak budaya.
3. Prakarsa mental.
Perilaku pengucap yang semua mendasar Al-Qur’an karena wanita manusia produktif generasi bangsa.
Demikian yang bisa disajikan kepada masyarakat secara menyeluruh.
Aamiin
yaa Rabbal ‘Alamain.
*Laporan Pengasuh, KH. Ainul Yaqin, SQ., pada Wisuda Hafidhoh IV PP. Hamalatul Qur’an Putri, Ahad, 27 Maret 2022
Komentar
Posting Komentar