Tahun tiga Hijriyah, berkecamuk perang Uhud. Perang itu sangat dahsyat, antara tentara Allah dan tentara setan berlaga, tentara Allah yang dipimpin Rasulullah SAW. dam tentara setan dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, yang kala itu belum masuk islam.
Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya mendapat musibah dalam perang tersebut. Akan tetapi musibah yang menimpa sesungguhnya kebaikan bagi kaum muslimin.
Kurang lebih tujuh puluh sahabat gugur sebagai syuhada’, mereka dimakamkan di Uhud, Diantara mereka adalah Hamzah bin Abdul Muththalib paman Rasulullah, dan Mush’ab bin Umair. Sementara sahabat-sahabat yang selamat mengalami luka-luka termasuk Rasulullah SAW, dibagian kepala beliau terluka dan sebagian gigi Rasulullah SAW patah.
Salah seorang sahabat yang menyaksikan perang Uhud adalah sahabat Qatadah RA. Nama beliau Qatadah bin An-Nu’man bin Zaid Al-Anshary Azh-Zhafari RA, seorang sahabat mulia yang pernah pula mengikuti perang Badr tahun 2 Hijriyah, beliau bersaudara dengan Abu Sa’id Al-Khudri RA. dari sisi ibunya.
Qotadah RA. terluka dalam perang Uhud. Mata beliau tercongkel. Bola mata Qotadah RA. keluar bersama urat-uratnya, menjulur ke wajah beserta darah yang mengalir, buta, diiringi sakit tiada tara.
Keluarga Qotadah RA. hampir saja memotong dan membuang mata Qatadah RA. yang buta, karena sakit semacam ini mustahil untuk disembuhkan.
Namun sebelum melakukannya Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam mendengar kabar apa yang akan dilakukan keluarga Qatadah, beliau pun melarangnya.
Dipanggillah Qotadah RA. menghadap Rasulullah SAW.
Maka berangkatlah Abu Qatadah memenuhui panggilan Rasulullah SAW.
Qatadah masuk dengan memegangi salah satu bola matanya yang menggelantung keluar. Saat melihatnya, Rasulullah menangis dan berdoa :
“Ya Allah, sesungguhnya Qatadah telah melindungi wajah Rasul-Mu dengan wajahnya sendiri. Maka jadikanlah mata yang terluka itu lebih baik dan lebih tajam dari mata satunya,”
Rasulullah SAW. memegang bola mata Qatadah, lalu memasukan kembali bola mata Qatadah yang terburai tersebut ke dalam pelupuknya. Atas ijin Allah. Seketika itu, mata Qatadah sembuh seperti semula, seolah tidak pernah terluka.
Sungguh mukjizat yang sangat menakjubkan. Maha suci Allah, mukjizat itu tidak mungkin dikalahkan atau dicapai oleh kehebatan ilmu kedokteran manapun.
Qatadah sangat senang karena matanya telah sembuh, bahkan penglihatan Qatadah lebih baik dari sebelumnya. Qatadah kembali aktif mengikuti peperangan sampai ia meninggal di usianya yang ke-70 tahun.
(Dari buku: Kisah-kisah Menakjubkan dari Mukjizat Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam, Penyusun: Abu Isma’il Muhammad Rijal Lc)
Komentar
Posting Komentar