Suatu saat di masa hidup Ghautsul A’zham Sulthanul Auliya' Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailaniy (QoddasAllaahu Sirrohu Wa Nafa’anaa Bibarokaatih), tengah berada di lingkungan Masjidil Haram.
Saat berada di sana, beliau (Syaikh ‘Abdul Qadir) merasa takjub ketika melihat seorang wanita yang tengah melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah dengan hanya satu kakinya.
Melalui firasat beliau, fahamlah Syaikh ‘Abdul Qadir bahwa wanita tersebut bukanlah wanita biasa, melainkan pastilah seorang Wali. Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailaniy pun mencoba meradar maqam atau kedudukan sang Wanita Waliyyulloh tersebut.
Beliau lihat ke maqom pertama, tak dijumpainya ruuhaniyyah wanita itu. Ke maqom di atasnya, tak ada. Ke maqom di atasnya lagi, tak ada... dan di atasnya lagi... tak ada pula... Hingga sampai mendekati maqam Ghautsiyyah beliau sendiri, tak juga ada...
Akhirnya, menyerah juga, dan memohonlah beliau ke Hadirat Allah SWT.;
“Yaa Allah, siapakah wanita ini yang tak dapat kulihat maqom wilayahnya?”
(Sedangkan Syaikh Abdul Qadir Jailani terkenal dengan ucapannya ‘Kakiku berada di leher para Auliya”’)
“Yaa, ‘Abdal Qodir, ikutilah wanita itu bila engkau ingin mengetahui maqom wilayahnya”
Sang Ghauts pun membuntuti wanita tersebut, hingga akhirnya beliau mengetahui bahwa ternyata, wanita tersebut sebenarnya tidaklah buntung kaki yang satu. Yang terjadi adalah, wanita tersebut sebenarnya tengah menyusui anaknya. Anaknya yang kekenyangan tertidur di pangkuan kakinya.
Dan dengan karomahnya sang Waliyyulloh ini ‘memutus’ sementara satu kaki agar anaknya tak terbangun, sementara ia pun menuju Masjidil Haram untuk berthawaf dengan hanya satu kaki. Dan ketika kembali ke anaknya yang masih terlelap dalam tidur, ia pun menyambungkan kembali kaki tadi.
Subhanallah. Itulah wilayah seorang wanita yang dicapai melalui keibuannya. Kaum Arifin mengatakan dengan istiqomah taat kepada suaminya serta sabar merawat anaknya para ibu sebenarnya sangat dekat dengan derajat kewalian. Apabila seorang ibu mengasihi anaknya maka saat itulah ia sedang menyaksikan sifat Rohman dan Rohimnya Allah.
Komentar
Posting Komentar