Seorang pemuda tampan bernama Tsa'laba bin Abdurrahman yang begitu cinta dan sangat patuh kepada baginda Nabi SAW.
Suatu saat pemuda ini hendak pulang, saat perjalanan pulang ia melewati satu rumah yang sangat sederhana, dan kebetulan rumah itu terbuka pintunya, dengan tanpa sengaja saat melintasi rumah itu si pemuda menoleh ke arah pintu rumah yang terbuka dan bersamaan dengan itu, ia tanpa sengaja melihat penghuni rumah (Wanita) yang kebetulan keluar dari kamar mandi.
Atas kejadian itu, si pemuda Ini menangis sejadi-jadinya. Kemudian ia lari tanpa arah sampai keluar dari kota Madinah. Ia malu atas perbuatan yang baru saja ia lakukan.
Ia Berkata :
"Mata ku ini tak pantas memandang Wajah Mulia Rasulullah SAW."
"Tubuh ini tak pantas bersanding dengan Tubuh Mulia Rasulullah SAW."
Begitu besar rasa cintanya kepada Baginda Nabi, Ia merasa tak tulus dalam cintanya. Karena ia telah melanggar apa yang di larang oleh Sang Kekasih Tercinta, Ia malu dan merasa tak pantas lagi bersama Sang Kekasih.
Meskipun pada hakikatnya perbuatan itu, tidak melanggar, karena dilakukan tanpa sengaja. Akhirnya si pemuda itu bersembunyi di antara dua bukit di perbatasan kota Madinah.
Setelah beberapa hari Rasulullah tak melihat si pemuda, Beliaupun menanyakannya kepada para sahabat :
"Kemanakah Tsa'laba bin Abdurrahman apakah dia sakit?"
Akhirnya Rasulullah pun mengutus sahabatnya sayyiduna Umar bin Khatthab dan seorang yang menemani untuk mencari si pemuda.
Berangkatlah Sayyidina Umar pergi mencari ketempat yang di isyaratkan oleh Baginda Rasul. Setelah sampai di tempat tersebut, Sayuiduna Umar tak menemukan siapapun. Yang ada hanya bukit berbatu dan hamparan padang pasir.
Sayyiduna Umar terus menyusuri padang yang menghampar. Hingga tak lama mereka berdua menemukan seorang pengembala kambing.
Sayyiduna Umar menghampiri si pengembala dan bertanya :
"Hai Bapak apakah engkau melihat seorang pemuda dengan ciri-ciri ia orangnya periang, dan selalu tersenyum?"
Si Bapak ini pun menjawab :
"Kami tak pernah melihat pemuda seperti yang anda sebutkan. Ada si pemuda yang biasanya kesini untuk meminta air minum padaku. Wajahnya murung dan sering menangis. Setelah usai meminta minum ia kembali lari lagi ke atas bukit. Sepertinya bukan dia yang anda cari tuan."
"Dimanakah dia wahai pengembala? Aku ingin melihatnya". tanya Sayyiduna Umar .
Si pengembala menunjukkan tempat dimana si pemuda itu berada. Tidak beberapa lama sayyiduna Umar dan sahabatnya itu pun sampai di tempat yang ditunjuk dan bertemu dengan Tsa'laba.
Dia terlihat lusuh dan menangis.
Sayyiduna Umar menyapa dan berucap salam padanya, dia pun hendak berlari, namun Sayyiduna Umar memberi pengertian kepadanya. Bahwa Rasulullah SAW. mencarinya. Karena beberapa hari tidak melihatnya.
Sambil sesenggukan pemuda ini bertanya :
"Apakah Rasulullah marah padaku? Atas apa yang telah aku perbuat. Aku sangat malu dan tak pantas orang sepertiku ini berjumpa dan memandang Rasulullah".
Lalu si pemuda ini jatuh pingsan. Sayyiduna Umar kemudian membopongnya pulang. Setelah sampai di kota Madinah sayyiduna Umar menyampaikan bahwa Tsa'laba bin Abdurrahman telah ditemukan dan beliau menceritakan perihal yang terjadi padanya. Saat ini ia ada di rumahnya.
"Apakah perlu aku memanggilnya Ya Rasulullah?" tanya Sayyidina Umar.
Rasulullah pun Menjawab :
"Tidak, wahai Umar, biar aku yang akan mendatanginya".
Maka Rasulullah pun berangkat ke Rumah Tsa'laba dan beberapa sahabat ikut bersama Beliau.
Setelah sampai di rumah Tsa'laba, ternyata ia jatuh sakit.
Rasulullah menghampirinya dan meletakkan kepala Tsa'laba dalam pangkuan Rasulullah. Tsa'laba menolak dan berkata :
"Jangan Wahai Rasulullah, tak pantas kepala yang hina ini berada dalam pngkuanmu".
"Ada apa denganmu wahai anak muda", tanya Rasulullah.
"Kemanakah beberapa hari ini engkau wahai Ibni Abdurrahman."
Kemudian Tsa'laba menjawab :
"Betapa besar rasa cinta ini kepadamu ya Rasulullah, namun aku merasa telah melukai perasaan anda atas apa yang telah aku perbuat".
Tsa'laba menceritakan apa yang dia alami kepada Baginda Rasul. Rasulullah pun tersenyum dan bangga atas cinta pemuda Ini. Bersamaan dengan itu, Tsa'laba qbin Abdurrahman menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Rasulullah SAW.
Rasulullah ikut serta memandikannya, mengkafani, dan menjadi imam sholat. Bahkan Rasulullah sendiri yang turun ke liang lahat untuk memasukkan jenazahnya.
Ada kejadian yang tak seperti niasa saat Rasulullah ikut memikul jenazahnya,
Beliau berjalan dengan kaki menjingkat (jawa : Berjinjit).
Para sahabat heran dan bertanya kepada Rasulullah SAW. :
"Mengapa Engkau berjalan seperti itu wahai Rasul." tanya para Sahabat.
Rasulullah SAW. menjawab :
"Semua ini karena jalanan ini telah sempit dan kakiku tak bisa berjalan seperti biasa, karena banyaknya para Malaikat yang turun dari langit ikut mengantarkan Jenazah Ini".
Subhanallah....
۞اللهم صل على سيدنامحمد وعلى آله وصحبه وسلم۞
Komentar
Posting Komentar